Kebumen, Gatra.com - Bupati Kebumen, Yazid Mahfudz mengimbau agar petani mengasuransikan sawahnya dengan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) untuk mengantisipasi gagal panen lantaran anomali cuaca pada 2020 ini.
Dia mengatakan, dalam situasi cuaca abnormal, risiko gagal panen atau penurunan hasil panen yang signifikan meningkat. Salah satunya dalam situasi cuaca ekstrem.
“Kalau Januari hujan terus menerus nanti sampai Februari, ada kemungkinan juga pertumbuhan padi terganggu, ada juga kemungkinan banjir,” ucapnya.
Dia menerangkan, tiap hektare tanaman padi, petani hanya perlu membayar asuransi sebanyak Rp36.000 per hektare dari yang seharunya Rp180.000 per hektare. Pemerintah mensubsidi sebanyak Rp144.000.
Jumlah premi itu, kata dia, sangat kecil jika dibandingkan dengan risiko yang dihadapi petani. Terlebih, jika dibandingkan dengan besarnya klaim asuransi. Jika gagal panen, petani akan mendapatkan Rp6 juta per hektare.
“Kalau gagal panen bisa dapat Rp6 juta. Itu nanti kan ada yang menyurvei gagal panen seperti apa, karena apa, ya ada verifikasi lah,” ujarnya.
Anomali cuaca lain yang perlu diantisipasi adalah mundurnya musim hujan pada 2020. Biasanya, kata dia, musim hujan dimulai pada November yang dilanjutkan dengan musim tanam pertama (MT 1). Pada awal Februari seringkali sudah ada petani yang panen.
Namun, karena keterlambatan musim hujan, musim tanam tahun ini mundur dan bahkan pada Februari masih banyak yang masih tanam. Diperkirakan, panen akan mundur dan berakibat kepada terlambatnya penanaman musim tanam kdua (MT 2) 2020.
“Kekeringan ini juga harus diantisipasi. Karena tetap ada kemungkinan sawah puso gara-gara kurang air,” jelasnya.
Dia menambahkan, untuk membantu petani di kawasan sawah tandah hujan pada MT 2, Pemkab Kebumen telah memberikan bantuan mesin sedot air. Selain itu, petani juga meminjam mesin sedot air di kantor pertanian setingkat kecamatan.