Saat mulai berperang dengan Amerika Serikat, Iran mendapat protes Ukraina dan Kanada setelah tentara negeri itu menembak jatuh pesawat sipil. Mahasiswa di dalam negeri ikut menentang Ali Khamenei.
Bi Sharaf! Bi Sharaf! Bi Sharaf! “Tak tahu malu!” Demikian teriakan kompak ribuan mahasiswa Iran yang berdemonstrasi di halaman depan Universitas Teknologi Sharif dan Universitas Teknologi Amir Kabar. Aksi yang berlangsung sepanjang Sabtu-Minggu 11-12 Januari 2020 itu belakangan meluas ke sejumlah titik lain di ibu kota Teheran.
Aksi ini melenceng dari usaha pemerintah agar rakyat mendukung perang melawan Amerika Serikat. Sebelumnya, untuk menguatkan nasionalisme, pemerintah melukis bendera Israel dan Amerika Serikat (AS) di aspal jalanan. Namun, para mahasiswa menolak berjalan di atas bendera itu dan menyerukan bahwa pemerintah Iran adalah musuh sebenarnya.
Tak tanggung-tanggung, sejumlah orang menyobek poster tersenyum almarhum Letnan Jenderal Qassem Soleimani yang masih bertebaran di seluruh kota usai AS membunuh sang pimpinan militer di Baghdad, Jumat 3 Januari 2020 silam. NBC News melaporkan, pembunuhan itu sangat terbantu oleh data intelijen Israel. “Soleimani adalah pembunuh, pemimpinnya juga adalah pembunuh!” seru para peserta aksi, seperti dilaporkan kantor berita Fars.
Demonstrasi ini awalnya menuntut pemerintah bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat PS752 tujuan Kiev, Ukraina, yang dioperasikan oleh Ukraine International Airlines, Rabu, 8 Januari lalu. Dua menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran, pesawat berjenis Boeing 737 itu dihantam rudal yang disebut-sebut Tor M-1 pada pukul 06.12 waktu setempat atau pukul 09.42 WIB. Seluruh 176 penumpang yang sebagian besar warga Iran yang memiliki dua kewarganegaraan, warga Ukraina, juga Kanada, tewas di tempat.
AP News memberitakan, kecelakaan pesawat jet ini menimbulkan sejumlah pertanyaan yang ganjil, karena pesawat jatuh setelah Iran meluncurkan rentetan rudalnya ke markas pasukan AS. Namun, salah seorang pejabat intelijen Iran mengatakan bahwa tidak ada bukti langsung bahwa pesawat itu ditembak jatuh. "Rumor tentang pesawat itu sepenuhnya salah dan tidak ada pakar militer atau politik yang mengonfirmasikannya," kata juru bicara angkatan bersenjata Iran, Jenderal Abolfazl Shekarchi.
Belakangan pemerintah merevisi pernyataan resmi mereka. “Berdasarkan investigasi internal Angkatan Bersenjata, rudal ini ditembakkan karena kesalahan manusia yang menghantam pesawat komersial milik Ukraina yang menyebabkan jatuhnya korban tak bersalah 176 orang. Investigasi terus dilanjutkan untuk mengidentifikasi dan menuntut [yang bertanggung jawab] atas tragedi besar dan kesalahan yang tak dapat dimaafkan ini,” begitu cuitan Presiden Iran, Hassan Rouhani, Sabtu, 11 Januari, pukul 11.43.
“Republik Islam Iran sangat menyesali kesalahan yang membawa malapetaka ini. Duka dan doa saya bagi semua keluarga yang berduka. Saya menyampaikan turut berdukacita yang sangat mendalam,” tambahnya lagi lewat akun Twitter @HassanRouhani.
Komandan dirgantara Garda Revolusi Iran menerima tanggung jawab penuh. Brigadir Jenderal Amirali Hajizadeh mengatakan operator rudal itu bertindak secara independen, menembak jatuh Boeing 737 setelah mengira itu sebagai "rudal jelajah".
Komandan Korps Garda Revolusi Iran, Jenderal Hossein Salami mengatakan dirinya menyesal pasukannya telah menembak jatuh pesawat Ukraina. "Saya berharap saya berada di dalam pesawat itu, jatuh dan terbakar bersama dengan orang-orang terkasih daripada menyaksikan insiden tragis ini. Saya bersumpah pada kehidupan anak-anak saya, bahwa kami di IRGC (Garda Revolusi Iran) tidak memiliki keinginan lain selain hancur demi keamanan, kesejahteraan, dan kedamaian rakyat kami," ungkapnya di depan parlemen Iran, dikutip dari televisi Hizbullah, Al-Manar TV, Senin, 13 Januari.
"Setelah pembunuhan dan kemartiran komandan kita yang tercinta [Jenderal Qassem Soleimani] dan rekan-rekannya oleh pasukan AS di Irak, kami mendapati diri kami berada dalam suasana psikologis perang yang tidak diketahui dengan Amerika Serikat," kata Salami.
Sementara Parlemen Iran bersikeras bahwa tindakan Garda Revolusi Iran yang menjatuhkan pesawat Ukraina di luar Teheran adalah kesalahan korps. Namun legislatif menegaskan mereka tak akan membiarkan "musuh" untuk mengeksploitasi insiden ini, menurut laporan Radio Farda.
Pernyataan itu ditandatangani oleh 186 anggota parlemen dan dibacakan di Parlemen Iran pada Ahad, 12 Januari. Para anggota Dewan juga memuji IRGC sepenuhnya ketika pidato komandan tinggi IRGC, Hossein Salami disampaikan selama sesi tertutup.
Parlemen Ruhani juga berterima kasih kepada Garda Revolusi Iran yang menyatakan bertanggung jawab atas penembakan pesawat Ukraina.
Meski militer meminta maaf, warga Iran terlanjur marah besar. Demonstrasi menentang kelakuan pemerintah, berlangsung tak hanya di Teheran, tapi juga di sejumlah kota lain, seperti Shiraz, Esfahan, Hamedan, dan Orumiyeh. Mereka sekaligus pula menyerukan agar pimpinan tertinggi Iran, Ali Khamenei segera lengser. “Kematian untuk sang diktator,” teriak mereka, seperti dilansir France 24.
“Menembak jatuh pesawat sipil adalah tindakan mengerikan,” tegas PM Kanada, Justin Trudeau. Dia memastikan segera mengirim tim investigasi ke Iran dan menuntut Presiden Rouhani untuk bekerja sama dengan tim itu.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky juga buka suara. Lewat akun Facebook pribadinya, dia menuntut Iran untuk menghukum pihak-pihak yang bertanggungjawab atas penembakan tersebut. Selain itu juga meminta Iran untuk membayarkan kompensasi dan mengembalikan jasad korban jatuhnya pesawat tersebut.
"Kami mengharap Iran untuk membawa yang bersalah ke pengadilan. Kami berharap penyelidikan akan dilakukan tanpa penundaan yang disengaja dan tanpa hambatan," tulis Zelensky, dikutip dari AFP. Pihaknya juga mengirim sebanyak 45 tenaga ahli dan menuntut akses total dari Iran dalam penyelidikan ini.
Amerika Serikat tentu saja tak mau ketinggalan dalam ketegangan tersebut. “Kepada para warga Iran yang pemberani dan telah lama menderita: saya mendukung kalian sejak awal masa kepresidenan saya. Kabinet saya akan terus berada di pihak kalian. Kami memantau protes kalian secara seksama, dan terinspirasi oleh keberanian kalian,” cuit Presiden Donald Trump, @realDonaldTrump, Ahad, 12 Januari.
“Pemerintah Iran harus mengijinkan kelompok hak asasi manusia untuk memantau dan melaporkan fakta dari lapangan terkait aksi protes masyarakat Iran. Tak boleh ada pembantaian atas demonstran damai ini, juga tak boleh ada penutupan internet. Dunia sedang mengawasi,” tambahnya lagi.
Sehari kemudian, dia kembali mencuit, “Untuk para pemimpin Iran, jangan bunuh para demonstran kalian. Ribuan orang telah kalian bunuh dan penjarakan. Dunia tengah mengawasi. Lebih penting lagi, AS tengah mengawasi. Nyalakan kembali internet dan biarkan jurnalis bekerja dengan bebas! Hentikan pembunuhan masyarakat Iran kalian yang hebat!”
Ketiga cuitan itu dia tulis pula terjemahannya dalam versi Bahasa Persia.
Para polisi Iran memang sempat membubarkan aksi tersebut ketika demonstrasi berubah menjadi kemarahan. Polisi membubarkan mahasiswa ketika mereka meninggalkan universitas dan memblokir jalan-jalan sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas.