Semarang, Gatra.com - Prospek investasi manufaktur di Jawa Tengah (Jateng) untuk bidang industri pengolahan masih cukup bagus.
Industri pengolahan meliputi, sektor makanan dan minuman, pengolahan tembakau, industri tekstil dan pakaian jadi, batubara, industir kulit dan barang dari kulit, industri kayu dan barang dari kayu.
Menurut pengamat ekonomi Universitas Katolik (Unika) Soegiyapranata Semarang, Prof. Andreas Lako, industri pengolahan terutama makanan dan minuman setiap tahun cenderung terus tumbuh.
“Dari data 2010 hingga 2018 pertumbuhan sektor makanan dan minuman terus naik sehingga menjadi primadona bila ingin berinvestasi ke Jateng,” katanya kepada Gatra.com di Kampus Unika Soegiyapranata Semarang, Kamis (30/1).
Di samping makanan dan minuman, lanjutnya, sektor tekstil, kulit, dan barang dari kulit, kimia, farmasi, dan obat-obatan juga menjajikan.
Lebih lanjut, Andreas, menyatakan guna menarik investasi manufaktur, maka perlu dukungan infratruktur jalan menuju ke pusat industri, sarana listrik dan air.
Pemerintah agar memberikan kemudahaan pelayanan, perizinan, jaminan keamanan, kebijakan pengupahan, serta ketersediaan bahan baku.
Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Tak Bisa Hanya Andalkan APBD
“Manufaktur memberikan efek terhadap pertumbuhan ekonomi di Jateng karena banyak menyerap tenaga kerja sehingga daya beli masyarakat meningkat,” ujarnya.
Manufaktur, lanjut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegiyapranata ini, memberikan kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB) Jateng sebesar 35%.
Paling tinggi dibandingkan sektor pertanian, kehutanan, perikanan sebesar 14%, perdagangan sebesar 14%, dan konstruksi sebesar 11%.
“Jadi prospek investasi manufaktur terutama industri makanan dan minuman di Jateng sangat besar,” kata Andreas.