Pati, Gatra.com - Potensi garam di Kabupaten Pati sangat tinggi, sayangnya masih belum diimbangi harga yang sepadan dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan oleh para petani. Padahal Kabupaten Pati merupakan penyumbang garam nomor wahid di Jawa Tengah.
Bahkan, Bupati Pati, Haryanto mengatakan, di tingkat nasional kualitas dan kuantitas garam dari tangan petani di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani nomor dua setelah Madura. Pada 2019 saja, Pati menyumbang sedikitnya 350.000 ton untuk produksi garam nasional.
"Potensi garam di Kabupaten Pati sangat bagus sebenarnya, tetapi kasihan para petani karena banyak stok garam yang belum terjual karena harga terpuruk," ujar Haryanto saat kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat meresmikan Gudang Garam Nasional (GGN) di Desa Sambilawang, Kecamatan Trangkil, Pati, Kamis (30/1).
Ia menyebut, harga garam pernah mencapai kejayaan pada tahun 2017 yang mencapai angka Rp3.500 per kilogram. Namun nahasnya, harga garam saat ini terperosok sebesar Rp250 per kilogram untuk garam krosok.
"Harga sekarang tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan petani. Semoga ada solusi terbaik misalnya ada harga dasar garam, agar petani garam bisa sejahtera," harapnya.
Dalam pandangan yang sama, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin menyampaikan, Kabupaten Pati merupakan produsen garam terbesar di Jateng, disusul Rembang yang berjuluk Kota Garam.
"Petani garam perlu diselamatkan. Jawa Tengah penyumbang garam nasional kedua setelah Jawa Timur. Dan produksi terbesar dan terbaik itu ada di Kabupaten Pati," paparnya.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo mengaku, berkomitmen untuk memajukan perindustrian garam termasuk di Kabupaten Pati, satu di antaranya menambah GGN di wilayah tersebut.
"Industri garam di Jawa Tengah sudah baik dan maju, kami juga sudah berkomitmen untuk memajukannya," sebutnya.