Karanganyar, Gatra.com - Merebaknya tikus diduga berkaitan penyebaran penyakit leptospirosis di Kabupaten Karanganyar. Empat pasien penyakit tersebut meninggal dunia, sedangkan dua lainnya dirawat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar Cucuk Heru Kusumo mengatakan pihaknya langsung melakukan investigasi secara intensif untuk menelusuri penyebab dan daerah endemis. Kasus yang termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit ini menjadi perhatian khusus.
"Perlakuan sudah dengan tindakan sesuai KLB. Memformulasikan teknik dan metode pencegahan agar tidak menyebar dan menjangkiti lainnya," kata Cucuk kepada Gatra.com di Karanganyar, Kamis (30/1).
Penyakit dari kencing tikus itu menewaskan empat warga Karanganyar. Yakni dua orang asal Gondangrejo, dan dua lagi dari Tasikmadu dan Colomadu.
Sementara itu di wilayah Desa Suruhkalang, Kecamatan Jaten, serangan tikus ke puluhan hektare sawah membuat petani geram.
Kades Suruhkalang, Wawan Tohari mengatakan tikus merajalela sejak akhir 2019. Ia mengatakan awalnya hewan pengerat itu menyerbu ke persawahan di Desa Jati yang berbatasan langsung dengan desanya. Setelah tanaman padi ludes dimakan, koloni tikus bergeser ke Suruhkalang.
"Di desa kami, sawahnya rusak semua dimakan tikus. Tanaman muda yang dihisap sarinya dan digigit batangnya. Luasan serangan sekitar 12 patok. Tiap patok sekitar 4 hektare," katanya.
Ia berencana melakukan pembasmian secara massal tikus pada pekan depan.
Sementara itu Bupati Karanganyar Juliyatmono menyanggah kaitan masa tanam yang tidak serentak dengan pemicu leptospirosis akibat merebaknya tikus di areal persawahan. Ia meminta Dinas Kesehatan bergerak cepat menelusuri penyebab pasti. Menurutnya tikus bukan hanya hidup di ekosistem sawah. Namun juga di lingkungan kumuh.
"Perilaku hidup sehat dan bersih supaya diterapkan di mana saja. Terutama di rumahm barang-barang bekas supaya dibersihkan supaya tidak menjadi tempat beranak-pinak tikus. Enggak ada hubungannya tanam tidak bersamaan dengan banyaknya tikus apalagi serangan leptospirosis," katanya.