Jakarta, Gatra.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menilai, Cina telah kehilangan momentum untuk mengalami pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020. Sebab, penyebaran virus corona di negara itu, terjadi bertepatan dengan Tahun Baru Imlek, yang mana biasanya mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara itu melalui konsumsi domestiknya.
"Saya rasa kalau kita lihat dari global, pertama untuk RRT (Republik Rakyat Tiongkok/Cina), karena ini terjadi di bulan tahun baru RRT, itu berarti mereka kehilangan kuartal pertama. Suatu momentum untuk growth (tumbuh)," ujar dia, di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Rabu (29/1).
Tidak hanya berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Cina saja, bendahara negara itu juga menilai, penyebaran virus corona akan berpengaruh pula pada pertumbuhan ekonomi dunia.
Hal itu dilihat dari posisi Cina, sebagai negara yang cukup berpengaruh di dunia. Sehingga menjadikannya sebagai salah satu penghubung lalu lintas perekonomian global.
"Sekarang kan kalau kita lihat, bahwa trafic-nya, terutama yg berasal dari RRT itu kan ke seluruh dunia, itu kan sangat melebar. Jadi ketidakpastian ini mengakibatkan dampak, sampai ada kejelasan pertama seberapa besar cara menularnya, seberapa cepat kemudian inkubasinya pengaruhnya sampai ini tidak dijelaskan memang akan menimbulkan suasana dimana seluruh respons indikator biasanya menjadi lebih konservatif. Mereka menjadi lebih wait adn see," jelas dia.
Sementara itu, Sri Mulyani mengaku, dirinya belum bisa melihat, akan seperti apa pertumbuhan ekonomi dunia pada kuartal selanjutnya. Sebab, pertumbuhan ekonomi di kuartal II dan di sepanjang tahun 2020, akan sangat dipengaruhi oleh keputusan Pemerintah Cina dalam mengatasi penyebaran virus corona itu.
"Karena RRT itu sebagai suatu negara mereka mampu memobilisasi instrumen policynya, pada saat mereka ingin melakukan tujuan tertentu.
Jadi kuartal pertama ini pasti tidak akan terlalu bagus dari sisi domestik demand mereka dan kemudian pengaruhnya kepada keseluruhan tahun, tergantung pada respons meteka di kuartal selanjutnya," imbuh mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.