Jakarta, Gatra.com - Wakil Ketua Dewan Pengurus The Habibie Centre, Dewi Fortuna Anwar mengatakan kedepan Indonesia masih mempunyai banyak tantangan dalam sektor diplomasi.
Menurutnya, saat ini Indonesia masih kalah bersaing dari mitra atau pesaing utama di lingkungan ASEAN dalam menjalin hubungan ekonomi.
"Dari data Lowy Institute Asia Power Index 2019 yang mengukur kemampuan atau kekuatan 25 negara Asia-Pasifik dalam 8 bidang. Indonesia masih berada di belakang negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam level Middle Powers," kata Dewi Fortuna saat hadir di The Habibie Centre, Jakarta, Rabu (29/1).
Dewi mengungkapkan sejatinya peluang Indonesia dalam Diplomasi Ekonomi sangatlah berpotensi. Apalagi jika melihat besarnya potensi sumberdaya yang dimiliki Indonesia seperti penduduk (tenaga kerja, pasar domestic), Sumber daya Alam, dan dari GDP.
"Sesungguhnya kita mempunya jaringan diplomasi yang luas. Kita juga punya hubungan baik dgn negara-negara super atau major powers dan terbukti mampu jaga keseimbangan dan menghindari ketergantungan yang berlebihan pada satu kekuatan besar," ungkap Dewi.
Kedepan lanjut Dewi, Indonesia akan mempunyai tantangan besar dalam diplomatik ekonomi. Tantangan utama diplomasi ekonomi Indonesia akan berada di ranah politik domestik yang perlu diatasi secara serius, konsisten dan secara koheren.
"Yang harus ditekankan, Foreign Policy Strats at Home. Dalam tataran teknis perlu koordinasi yang jelas dan kuat antara perwakilan Indonesia di luar negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Teknis, Pemda dan Sektor Swasta dan sebaliknya. Serta dalam setiap pembuatan kebijakan bidang ekonomi perlu adanya benchmarking dengan negara mitra atau pesaing utama untuk menangkan kompetisi sumberdaya global ataupun regional," katanya.