Jakarta, Gatra.com - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, nilai investasi Cina yang masuk ke Indonesia sepanjang 2019 meningkat signifikan, bahkan mencapai lebih dari 100 persen, jika dibandingkan dengan nilai investasi di tahun sebelumnya. 

Pada 2019, nilai investasi Cina di Indonesia mencapai US$4,7 miliar, jauh lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2018, yang hanya mencapai US$2,4 miliar.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan, peningkatan itu terjadi karena sikap agresif yang dimiliki oleh Negara Tirai Bambu tersebut dalam menanamkan modalnya.

"Tapi memang Cina lebih agresif. Harus kita akui. Buktinya apa? Kenapa? Bahwa mereka masuk di sektor hilirisasi dan mereka berani," kata Bahlil di Kantornya, Jakarta, Rabu (29/1).

Selain di sektor hilir, lanjut Bahlil, Cina juga dipandang lebih berani menanamkan modalnya di sektor pasar modal, seperti infrastruktur dan manufaktur. Bahkan, menurut mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu kajian kelayakan (feasibility study) yang dilakukan Cina lebih cepat ketimbang Jepang.

"Cina ini, antara feasibility study dan intuisinya berimbang. Kalau Jepang terlalu banyak feasibility study-nya, kajiannya bisa tiga sampai empat tahun," ucap Bahlil.

Hal itulah yang kemudian menempatkan Cina pada urutan ke dua, dari banyaknya nilai investasi asing yang masuk ke Indonesia, berada tepat di belakang Singapura, dengan nilai investasi sebesar US$6,5 miliar.

Baru kemudian disusul oleh Jepang di urutan ketiga, dengan nilai investasi sebesar US$4,3 miliar. Sementara Hong Kong berada di urutan keempat dengan nilai investasi sebesar US$2,9 miliar dan diikuti oleh Belanda, dengan nilai investasi sebesar US$2,6 miliar.

"FDI (Foreign Direct Invesment) Tiongkok itu meningkat. Memang kami tawarkan ke semua negara. Pemerintah Indonesia tidak memberikan skala prioritas kepada Cina tapi mereka lebih agresif," jelas Bahlil.