Jakarta, Gatra.com - Pengamat Pendidikan, Indra Charismiadji dari Center of Education Regulation and Development Analysis (Cerdas), mengatakan Kebijakan Kampus Merdeka yang digaungkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim belum menjawab tantangan reformasi Perguruan Tinggi saat ini.
Indra mencontohkan, salah satu konteks yang belum terjawab sekarang, perguruan tinggi bebas untuk dibuka prodi baru. Tujuan dari kebijakan ini untuk pembaharuan yang dilakukan, namun yang ada di perguruan tinggi Indonesia ini adalah bagaimana agar banyak siswa yang mendaftar ke perguruan tinggi masing-masing.
"Jadi, program dibikin yang kelihatan canggih, agar dia bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi mana saja, tapi gagal tidak terjadi alih teknologi. Tidak terjadi betul-betul apa yang diharapkan. Perguruan tinggi ini ditakutkan tidak perlu mempelajari konsep merdeka apa. Jika konsepnya belum diterjemahkan merdeka, dan sudah dikasih konsep merdeka, akhirnya chaos, " Kata Indra di Jakarta, Rabu (29/1).
Indra menyuarakan dari empat poin kebijakan Kampus Merdeka yang disampaikan Nadiem, Mendikbud tidak menyasar pembahasan mengenai peningkatan Sumberdaya Manusia (SDM) di Pendidikan Tinggi.
"Harusnya mulai dulu dari SDM-nya. Menciptakan guru penggerak, dosen dan guru penggerak idenya sudah muncul. Ini kita cetak dulu dosen penggeraknya, baru sistemnya mulai. Ikuti di sini ini, tidak ada di sana tentang guru, tentang dosen. Yang ada lebih ke dalam sistem, tapi manusianya yaitu dosen tidak disentuh," kata Indra.
"Padahal program Peningkatan SDM itu harus dimulai dari pengajarnya. Karena itu fungsi pendidik tidak bisa diganti oleh teknologi," tambahnya.