Home Ekonomi Mentan Syahrul Ingin Tingkatkan Usaha Tani jadi Skala Bisnis

Mentan Syahrul Ingin Tingkatkan Usaha Tani jadi Skala Bisnis

Makassar, Gatra.com - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menginginkan agar usaha tani menjadi skala bisnis. Pasalnya, sesuai pengalaman, sektor pertanian menunjukkan mampu bertahan dalam kondisi pelambatan perekonomian Indonesia maupun dunia.

Bahkan, lanjut Syahrul dalam acara Sosialisasi Pemanfaatan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Implementasi Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) di Wisma Negara CPI, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (25/1), sektor pertanian mampu menciptakan pertumbuhan positif dalam pembangunan nasional, dengan menciptakan kesempatan kerja.

Ia pun mengharapkan KUR dan Kostratani akan lebih cepat menggerakkan pembangunan pertanian perdesaan menuju pertanian maju, mandiri, dan modern.

"Peran itu nanti digerakkan oleh BPP sebagai pusat pelaksanaan Kostratani dengan mengefektifkan penyuluhan dan meningkatkan keahlian para penyuluh pertanian," kata Syahrul.

Oleh karena itu, Kostratani menurut Mentan Syahrul, didesain agar bisa mengidentifikasi potensi komoditas unggulan lokal yang bisa mengungkit pendapatan dan kesejahteraan petani.

"Merica yang sering kita temukan di meja restoran-restoran, dengan intervensi teknologi dan pendampingan penyuluh, ke depan hal seperti ini sudah bisa diproduksi di level Kostratani. Cita-cita bersama kita, satu Kostratani memiliki satu pabrik," ungkap Syahrul.

Pada kesemptan itu, Mentan Syahrul juga menyerahkan bantuan pertanian untuk Provinsi Sulsel senilai Rp150 miliar dalam bentuk 50 unit Traktor Roda 4, 100 unit Traktor Roda 2, 100 unit Pompa Air, 30 unit Combine Harvester, 3,3 ribu ton benih padi, 2,7 ribu ton benih jagung hibrida, 180 ton benih kacang tanah, 338 benih kedelai, 25 ton benih kacang hijau, serta pembagian KUR kepada 5 perwakilan Kelompok Tani.

Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy, mengatakan bahwa serapan KUR pertanian nasional sampai dengan tanggal 24 Januari 2020 sudah mencapai Rp600 miliar.

"Total nilai KUR pertanian adalah 50 triliun. Pembiayaan ini diperuntukkan untuk membantu budidya perkebunan, tanaman pangan, hortikuktura, dan pertenakan dengan bunga yang rendah yaitu 6%," kata Sarwo.

Selain skema KUR, Sarwo Edhy juga mengimbau kepada petani yang hadir untuk bisa mengakses asuransi pertanian yakni asuransi padi dan ternak.

"Pemerintah memberikan subsidi sehingga petani dibantu dalam pembayaran preminya. Petani cukup membayar 36 ribu, 144 ribu dibayarkan oleh pemerintah. Sehingga jika padi yang ditanam mengalami puso karen kekeringan atau banjir maka akan diganti 6 juta per hektare untuk satu kali masa tanam," ungkap Sarwo.

Sedangkan, bagi peternak yang telah mengikuti asuransi, pemerintah akan mengganti ternaknya yang mati atau hilang, misalnya sapi, kita akan ganti Rp10 juta per ekor dengan membayar premi sebesar Rp40 ribu, sementara sisanya, Rp160 ribu, akan dibayarkan oleh pemerintah.

Namun, semua bantuan yang diberikan itu, menurut mantan Gubernur Sulsel ini, hanya sebagai stimulan yang perlu segera dilakukan adalah terus melakukan konsolidasi dan mengubah paradigma pengelolaan usaha tani menjadi skala bisnis.

Menurutnya, segala bentuk upaya itu akan dikontrol dan dikendalikan oleh Kostratani dan Agricultural War Room (AWR), dengan daya dukung berupa akurasi data.

"Kita monitoring setiap permasalahan termasuk distribusi pupuk bersubsidi yang aku terima beritanya sewaktu memaparkan Kostratani di kantor pusat FAO di Roma. Tidak butuh lama, hal itu bisa diselesaikan," ungkap Syahrul dalam keterangan pers.

106