Semarang, Gatra.com - Warga Tionghoa yang sembahyang merayakan Tahun Baru Imlek 2571 Tahun 2020 di Klenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, Semarang menurun.
Salah satu klenteng tertua di Kota Semarang, berdiri sejak 1746, selama ini menjadi tempat ibadah favorit warga Tionghoa saat merayakan Tahun Baru Imlek setiap tahunnya.
Menurut petugas Klenteng Tay Kak Sie, Supriyanto, jumlah warga Tionghoa yang melakukan sembahyang Imlek tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.
“Sekarang pengunjung menurun. Padahal dulu setiap perayaan Imlek selalui ramai,” katanya. Sabtu (25/1).
Penurunan pengunjung, lanjutnya, terjadi setelah Presiden Abdurraham Wahid (Gus Dur) membolehkan perayaan Imlek secara terbuka.
Adanya keterbukaan ini, maka semua klenteng, termasuk klenteng kecil ikut merayakan Imlek dengan mengadakan sembahyangan.
“Dulu sebelum Gus Dus, hanya klenteng-klenteng yang besar saja termasuk Tay Kak Sie yang merayakan Imlek sehingga banyak dikunjungi warga Tionghoa dari Semarang dan sekitarnya,” ucap Supriyanto.
Dari pemantauan Gatra.com, warga Tionghoa yang berkunjung ke Klenteng Tay Kak Sie memang tidak ramai.
Mereka adalah rombongan keluarga, terdiri atas bapak, ibu, dan anak-anak untuk melakukan sembahyang dengan menyalakan dupa hio yang mengeluarkan asap.
Dupa hio dapat dibeli di klenteng dengan harga antara Rp5.000 hingga Rp50.000 tergantung ukuran dan bahannya.
Sembahyang dimulai dari ruang utama yang berada di bagian tengah, kemudian ke depan. Dilanjutkan ke ruangan-ruangan yang ada di bagian kanan dan kiri klenteng.
Menurut Supriyanto, ruang di tengah merupakan tempat Dewa Tridharma yakni Budha, Tao, dan Konghucu serta Dewi Kwan Im.
“Setelah dari ruang tengah biasanya melanjutkan ke ruangan dewa-dewa lainnya yang berada di sebalh Utara dan Selatan,” ujarnya.
Salah seorang pengunjung Klenteng Tay Kak Sie, Jarot Sebastian menyatakan tidak ada kewajiban perayaan Imlek harus datang ke klenteng.
Bila warga Tinghoa datang ke klenteng untuk mengucapkan selamat kepada para dewa serta meminta berkah dari dewa-dewa.
“Ke kletenteng pada perayaan Imlek merupakan tradisi penganut agama Tao orang Cina. Imlek itu lebih pada saling mengucapkan selamat yang muda kepada yang lebih tua,” kata warga Semarang yang datang bersama keluarganya.
Mengenai adanya anggapan kalau Imlek turun hujan, maka rejeki bakal lancar, Jarot menyatakan hanya mitos saja.