Davos, Gatra.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia memiliki peluang nyata untuk mendorong pembangunan berkualitas tinggi, inklusif, dan berkelanjutan serta menyediakan kerangka kerja pembangunan yang tidak hanya melayani kawasan ASEAN, namun juga kesiapan dalam memimpin secara global.
“Indonesia telah memimpin dalam banyak aspek pembangunan berkelanjutan misalnya, Indonesia menerbitkan obligasi sukuk hijau pertama di dunia, penggunaan lahan berkelanjutan pertama yang diterbitkan di dunia, meluncurkan SDG Indonesia satu untuk infrastruktur berkelanjutan,” kata Airlangga dalam sambutannya pada penutupan Pertemuan Tahunan World Economic Forum (WEF) Davos, Swiss, Kamis waktu setempat (23/1).
Selain itu, OJK, regulator keuangan Indonesia, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah meluncurkan peta jalan untuk keuangan berkelanjutan.
“Dan, seperti yang Anda ketahui, Tri Hita Karana Forum yang diadakan di Bali pada saat pertemuan IMF Bank Dunia, memberikan terobosan hasil SDG melalui inovasi teknologi dan keuangan yang dikembangkan oleh kemitraan di seluruh sektor swasta, pemerintah, masyarakat sipil dan organisasi multilateral yang merupakan tujuan Forum tersebut,” kata Airlangga.
Airlangga menyebut bahwa dalam Forum Tri Hita Karana telah diluncurkan lebih dari 30 proyek, investasi dan inisiatif berdampak besar, dan memobilisasi hingga US$ 10 miliar untuk sektor-sektor SDG yang diprioritaskan, termasuk infrastruktur hijau, penggunaan lahan berkelanjutan, lautan, ekowisata, kesehatan, perempuan dan inovasi.
Menko Perekonomian juga menyinggung peta jalan roadmap Tri Hita Karana untuk Blended Finance, yang merupakan komitmen global bersama pada blended finance yang dipimpin oleh Indonesia dengan tujuan mengembangkan sistem global, yang memungkinkan mobilisasi dana swasta yang lebih besar untuk peningkatan skala pengiriman untuk Agenda SDGs 2030.
“Baru-baru ini, kami senang mendorong G20 untuk memasukkan dalam deklarasi Osaka yang berperan penting dari sistem keuangan campuran dan inovasi lebih luas sebagai alat utama untuk mencapai SDGs,” katanya.
Airlangga juga menyinggung bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam dan manusia. Indonesia termasuk negara yang kaya akan sumber daya alam yang menjadi modal. Indonesia memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia, sebagai penyumbang sekitar 15% dari spesies yang dikenal di planet ini.
Airlangga menyebut ada dua tema utama untuk Indonesia pada tahun 2020 yakni berinvestasi yang berbasis alam dengan fokus pada pembiayaan karbon, konservasi hutan dan lautan sehat.
“Kami belajar tentang bagaimana membangun ketahanan melalui solusi berbasis alam, dengan teknologi dan inovasi, fokus pada pelibatan masyarakat adat,” katanya.
Selanjutnya kata Airlangga yakni menciptakan hub inovasi untuk SDGs terutama bagi ibu kota baru yang menawarkan peluang luar biasa yang berfokus pada peningkatan teknologi dan inovasi.
Indonesia memiliki peluang unik untuk mengembangkan kluster eco, skala besar baru, taman teknologi dan pusat kota untuk mempercepat SDGs.
Airlangga juga mengungkapkan soal pemerintahan baru dan semangat baru Indonesia untuk membawa pembangunan yang lebih kuat dan berkelanjutan.
“Pemerintahan Jokowi membuat langkah besar dalam memberikan kemajuan nyata dalam membangun infrastruktur. Presiden telah memasukkan program utama berupa pengembangan sumber daya manusia, promosi investasi, reformasi birokrasi, dan efisiensi anggaran pemerintah, seiring pengembangan infrastruktur fisik,” kata Airlangga.
Airlangga juga menyinggung mengenai UU sapu jagat Omnibus Law yang saat ini dokumen rancangan UU-nya sedang dipersiapkan untuk dibahas di DPR.
“Semua itu untuk mendukung upaya kami dan menciptakan lingkungan yang baik, memberikan peluang investasi yang lebih kuat dan lebih produktif bagi investor lokal maupun dan asing,” katanya.