Palembang, Gatra.com – PT. Pertamina EP asset 2 Pendopo Field tanam seribu bibit pohon langka sebagai wujud syukur atas peningkatan produksinya. Pelaksanaan penanaman dilakukan di SP3 Benakat Barat, Kabupaten PALI, Sumsel, (23/1).
Finance & Business Support Director PT Pertamina EP, Adi Prasetyana Mahendradani mengatakan penanaman ialah upaya perusahaan melestarikan lingkungan hidup sekaligus bagian dari wujud syukur atas produksi yang terus mengalami peningkatan.
"Sebelumnya pengangkatan migas di sini diserahkan kepada KSO Benakat Barat Petroleum dan sekarang kembali ke pangkuan Pertamina. Sewaktu dikelola KSO, produksi minyak bumi sekitar 300 barrel perhari (bpod) dan setelah kita kelola sendiri, produksinya menjadi 600 bopd,” ujarnya.
Saat kegiatan pengembangan produksi dilakukan, setidaknya juga mengakibatkan pembukaan lahan yang mengakibatkan penebangan pohon. Kondisi itu dipulihkan dengan kembali menanam berbagai jenis tanaman langka.
“Di antara 1000 tanaman langka terdapat jenis Petanang (Dryobalanops oblongifolia d occidentalis), Meranti Belangeran (Shorea balangeran), Petaling (Ochanostachys amentacea), dan Keranji (Dialium Cochinchinense). Penanaman dilakukan secara massal dengan melibatkan seluruh jajaran PT Pertamina EP, termasuk juga pemerintah daerah dari bupati hingga kepala desa, unsur muspida lainnya, dan masyarakat,” terangnya.
Selain itu, penanaman simbolis dilakukan dengan melibatkan anak-anak yatim penerima santunan PT Pertamina.
Bupati PALI, Heri Amalindo mengatakan penanaman tumbuhan langka ini akan memberikan banyak manfaatnya, mulai dari penyediakan oksigen, merawat ekosistem, hingga menyiapkan kehidupan yang baik bagi generasi anak-cucu di masa mendatang. Aktivitas menanam ialah bentuk semangat yang diwariskan dari generasi sebelumnya.
“Orang dahulu menanami lahan dengan tanaman-tanaman tahunan yang bermanfaat. Oleh karena itu sekarang banyak hutan durian dan buah-buahan lokal di PALI. Itu semua tanaman orang tua bahkan kakek buyut kita. Generasi sekarang telah menikmati," katanya.
Kegiatan penanaman yang menjadi upaya konservasi keanekaragaman hayati oleh Pertamina EP ini juga melibatkan Institut Agroekologi Indonesia (INAgri). Sebuah lembaga yang fokus pada upaya pelestarian lingkungan hidup dan pengembangan masyarakat.
"Selama dua tahun ini, INAgri bersama Pertamina Pendopo Field sedang mengembangkan model konservasi keanekaragaman hayati yg memadukan sains agroforestry masa kini dengan sistem kehutanan rakyat (SHK) tradisional yang masih eksis di PALI," terang salah satu pendiri INAgri Syamsul Asinar Radjam di sela-sela kegiatan penanaman.
Masyarakat adat di kabupaten PALI mengelola hutan yang mereka sebut "jongot". Sebuah bentang hutan budidaya yang kaya jenis tanaman lokal, baik penghasil kayu (timber wood) maupun penghasil bukan kayu (non-timber forest product), di antaranya petanang, petaling, kranji, durian, kecapi, gandaria, hingga tanaman obat tradisional.
"Praktik lokal pengelolaan jongot ini menjadi spirit pengembangan model pelestarian keanekaragaman hayati bersama Pertamina di Pendopo. Dengan model ini kita berupaya melestarikan sejumlah spesies flora yang bukan hanya langka, tapi juga genting (endangered), bahkan kritis atau sangat terancam punah (Critically endangered) menurut IUCN Red-list," ungkap Syamsul.