Jakarta, Gatra.com - Glorious past atau bayang-bayang masa lalu kejayaan Persia masih membekas hingga saat ini. Untuk itu, tidak mengherankan jika saat ini, negara-negara keturunan Persia, seperti Iran, Irak, dan negara-negara Asia Tengah macam Afghanistan, Uzbekistan, Turkmenistan, memiliki sikap yang keras dan enggan mengalah.
Hal tersebut disampaikan Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Din Syamsuddin mengatakan bahwa negara-negara tersebut memiliki kecerdasan yang juga ditopang oleh sumber daya alam yang berlimpah.
"Persia ditaklukkan Arab. Namun sisa-sisa peradaban Persia tidak hilang. Mereka punya kekuatan di administrasi dan pengetahuan. Ilmu pengetahuan Islam berkembang di Persia," ujarnya pada gelaran diskusi yang digelar CDCC terkait memanasnya Amerika dan Iran, Jakarta (23/1).
Bangsa Persia, sambung Din, pernah berkuasa sebelum Islam ada. Mereka memiliki kerajaan besar, dan menjadi pusat ilmu pengetahuan terbesar. Kemudian Islam hadir dan berhasil menaklukkan Kerajaan Persia. Pada gilirannya, lahir cendikiawan dan ahli sains Muslim dari wilayah tersebut.
Din melanjutkan bahwa konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan Iran, tidak lepas daripada dunia yang tengah mengalami krisis energi dan pangan. Iran memiliki sumber daya alam yang berlimpah, terutama minyak bumi.