Pati, Gatra.com - Musim penghujan yang seharusnya menjadi berkah petani garam untuk mengeruk keuntungan pupus sudah. Bukannya untung, harga garam yang biasanya naik di musim seperti ini, malah anjlok turun di angka Rp150 per kilogram.
Petani sentra garam Desa Kertomulyo, Abdul Malik mengatakan, harga garam krosok dari tangan petani adalah Rp150 per kilogram. Sedangkan untuk harga garam kristal paling tinggi Rp250 per kilogram.
"Kisaran Rp150 hingga Rp200 (per kilogram) untuk garam krosok, sudah dua tahun ini harganya anjlok. Sebelumnya pada tahun 2017, harga garam bisa mencapai Rp1.200 per kilogram," ujarnya kepada Gatra.com, Selasa (21/1).
Saat musim penghujan seperti ini, petani asal Desa Kertomulyo, Kecamatan Trangkil, Pati itu menambahkan, biasanya petani bisa sedikit mengambil sedikit untung. Namun nyatanya, harga tidak beranjak naik.
"Pastinya rugi. hitung-hitungan tenaga dan sebagainya tidak dapat untung. Namun kalau tidak saya jual, terus makan dari mana?" keluhnya.
Malik berharap agar nasib para petani garam lokal, khususnya yang berada di Kabupaten Pati bisa sedikit diperhatikan. Keadaan yang berlarut dikhawatirkan bisa mematikan industri garam di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani.
Apalagi tahun ini, rencananya pemerintah pusat bakal mengimpor garam untuk kepentingan industri. Hal ini, semakin membuat para petani garam lokal semakin was-was dan takut usaha bertani garamnya gulung tikar.
"Semoga pemerintah bisa menolong kami, agar harga garam bisa stabil Rp800 per kilogramnya. Kalau seperti ini terus kami tidak bisa apa-apa," harapnya.