Home Ekonomi Branding Wisata di Indonesia Tanpa Berdasarkan Studi

Branding Wisata di Indonesia Tanpa Berdasarkan Studi

Solo, Gatra.com - Banyak kalimat branding yang digunakan untuk mempromosikan wisata di Indonesia. Sayangnya branding ini masih belum didasarkan pada kajian yang matang sehingga hal ini berdampak pada tidak optimalnya promosi wisata.

Hal ini dikatakan Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Diah Kristiana. Dia mengatakan bahwa seharusnya untuk membuat kalimat branding perlu didasari dengan feasibility study (FS).

”Pertama harus dilihat bahwa wisata yang akan dikembangkan fokusnya di mana. Pariwisata itu harus tergantung pada apa yang dibidik,” ucapnya dalam jumpa pers Pengukuhan Guru Besar UNS, Senin (20/1).

Misalkan saja saat ini anak muda tengah menggandrungi mengenai adrenalin. Tentunya akan sangat baik mengembangkan wisata yang berkaitan dengan adrenalin. Ataupun contoh lain, ketika wisatawan Belanda yang sangat gemar dengan kisah nostalgia.

”Salah satunya yang baru saya temui, mereka (wisatawan Belanda) mau naik Gunung Lawu hanya karena nostalgia. Padahal mereka wisatawan yang usianya di atas 70 tahun,” ujarnya.

Selain fokus pada target wisatawan, promosi wisata juga harus didasarkan pada feasibility study untuk mengusung kalimat branding. Salah satu yang dicontohkan Diah yakni kalimat branding wisata Malaysia "Malaysia Truly Asia". Menurutnya kalimat branding yang diusung Malaysia ini sangat cerdas.

”Kalau kita kaji secara bahasa artinya Malaysia benar-benar Asia. Artinya negara yang bukan Malaysia wisatanya fake (palsu),” ucapnya.

Dibandingkan dengan kalimat Branding kota Solo yang mengambil "Solo The Spirit of Java" menurutnya masih kurang jika diusung sebagai branding. Sebab branding yang diusung Solo masih menjadi persepsi bagi orang Solo sendiri, bukan wisatawan yang berkunjung di Solo.

”Pengakuan Spirit of Java ini harusnya diberikan oleh wisatawan yang berkunjung ke Solo, bukan orang Solo sendiri. Makanya sangat penting membuat kajian sebelum mengusung suatu kalimat menjadi branding,” ujarnya.

Kajian mengenai verbal branding ini membuatnya dikukuhkan sebagai guru besar di UNS. Diah mengangkat judul mengenai Penciptaan "Verbal Branding" Produk Jasa Berspektif English For Specific Purpose (ESP). Selain Diah Kristiani, guru besar lainnya yang dikukuhkan yakni Eddy Heraldy yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Mulyanto dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan(FKIP).

98