Jakarta, Gatra.com - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian, Johnny Darmawan mengatakan, industri karet alam saat ini sedang tidak seimbang. Sebab, produksi karet dalam negeri terus meningkat tiap tahunnya, namun di waktu yang sama, harga karet juga terus mengalami penurunan.
"Dari catatan saya, produksi karet dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cukup besar, di atas 3,3 juta ton. Sedangkan untuk harga karet dalam 5 tahun terakhir terus mengalami tekanan pada level yang dinilai tidak remunerative," ujar dia dalam Focus Group Discussion (FGD) di Menara Kadin, Senin (20/1).
Baca juga : Tingkatkan Daya Saing, Kemenkop UKM Rencanakan 1000 Desa Bambu
Jika hal itu terus berlanjut, kerugian yang diderita petani karet pun akan semakin besar. "Saat ini harus dicarikan solusi karena petani mengalami kesulitan penjualan dan kesulitan meningkatkan harga karet," tegas Johnny.
Karenanya, pihaknya menilai, perlu ada solusi konkrit yang harus dilakukan untuk mengurangi kerugian para petani karet. Salah satunya ialah dengan memanfaatkan karet dan biji karet sebagai bahan baku bahan bakar nabati, selain kelapa sawit.
Baca juga : Kementan Targetkan Peningkatan Ekspor Perkebunan 300 Persen
Untuk menerapkan solusi itu, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, terutamanya pemerintah. Sebab, konsistensi terhadap kebijakan politisasi terkait hasil perkebunan karet sangat dibutuhkan di sini.
"Pemerintah harus mendorong pengembangan bahan bakar nabati berbasis karet dan pemanfaatannya di dalam negeri sebagai bahan buatan energi yang berdaya saing," pungkas Johnny.