Semarang, Gatra.com - Ada cerita menarik dari film Anak Garuda yang mengangkat kisah nyata para siswa-siswi Sekolah SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Batu, Kota Malang, Jawa Timur.
Sekolah yang sukses mentransformasi mimpi-mimpi anak didiknya merupakan para yatim piatu dan dhuafa dalam meraih keinginan. Salah satunya pada mimpi bisa keliling dunia, menyambangi benua biru Eropa.
Film yang diproduksi oleh para siswanya sendiri, dalam naungan Butterfly Picture, dibintangi oleh salah satu aktris muda berbakat, Tissa Biani (17), yang berperan sebagai Sayidah.
Salah satu kisah nyata cukup unik yang diangkat dalam film Anak Garuda yakni saat perjuangan mereka untuk bisa mendapatkan ijin visa schengen, sebuah visa khusus bagi yang ingin bepergian ke beberapa negara Eropa.
Kisah nyata itu bermula pada 2016, saat siswa SMA SPI ingin menjelajah benua biru. Mereka harus mengantongi visa schengen melalui kedutaan besar Italia, sebagai negara pintu masuk ke negara Eropa lainnya.
Tissa merasakan kesedihan saat membaca satu skrip adegan bagaimana para siswa SPI ditolak visa tur nya ke Eropa ditolak oleh kedutaan negara yang akan dituju.
"Aku sebenernya waktu pertama baca skrip, kita diskusi dulu, termasuk pengalaman visa tur nya, tanya kejadian aslinya kayak apa sih," kata Tissa, saat Meet and Great Film Anak Garuda, di XXI Central City Semarang, Jumat (17/1), malam.
Bagi seorang Tissa, bisa saja dia berkecukupan untuk bepergian kemana saja termasuk ke luar negeri tanpa susah mengurus Visa atau syarat lainnya. Namun apa yang terjadi pada siswa SPI membuat dia sedih.
"Jadi aku harus mendalami karakter sebagai Sayidah bagaimana saat visa ditolak," katanya.
Menurut mantan bintang cilik tersebut, usai membaca skrip merasakan kesedihan, membayangkan yang sebenarnya terjadi saat itu. Menurutnya, semua orang berhak ke luar negeri dan berhak keliling dunia.
"Dengan latar belakang mereka apa saja, berhak ke luar negeri. Kalau di sini diceritakan karena tabungannya kurang, itu sedih banget," tuturnya.
Selain kisah nyata soal kejadian visa yang di filmkan, kisah nyata juga terjadi pada para kru pemain Film Anak Garuda. Saat para kru akan berangkat ke Eropa, Visa milik Ajil Ditto pemeran Robet belum keluar.
"Dan itu juga akan sedih banget jika salah satu pemain juga gak bisa hadir di syuting. Sedih sih pastinya, kalau visa gak dapat," katanya.
Sementara itu, tokoh Sayidah dari SPI menyampaikan, tak hanya karena uang yang tak cukup sebagai bekal tur saat di Eropa. Alasan penolakan visa juga karena mereka sebagai anak yatim diduga terjadi praktik trafficking.
"Dengan surat rujukan sekolah gratis SPI itu (Kedutaan) tidak dipercaya. Ajukan sampai dua kali ditolak, sampai pembina kami SPI datang ke kedutaan Italia," katanya.
Sampai akhirnya pihak kedutaan Italia memberikan ijin Visa. Sebuah mukjizat bagi anak-anak yatim piatu untuk menikmati keliling Eropa, terutama ke Perancis sebagai latar dalam film garapan sutradara Faozan Rizal.
"Duta besar bilang, kalian mengahadapkan saya pada pilihan yang sulit, misalkan kami bohong, dia dianggap sebagai duta besar paling bodoh di dunia karena mengeluarkan visa. Tapi kalau itu benar, kalian menghadapkan kami kepada Tuhan," tutut Sayidah, meniru ucapan Duta Besar Italia kala itu.
Lantas seperti apa keseruan mereka dalam menjelajah benua Eropa? Film Anak Garuda telah tayang perdana pada 16 Januari 2019 di semua bioskop tanah air. Di bintangi para pemain seperti Tissa Biani sebagai Sayidah, Violla Georgie sebagai Yohana, Ajil Ditto sebagai Robet, Claire Clay sebagai Olfa, Geraldy Krechoff sebagai Wayan, Rania Putrisari sebagai Sheren, Rebecca Kolpper sebagai Dila, Kiki Narendra sebagai Koh Jul, dan lainnya.