Home Milenial Macan Tutul Berkeliaran di Muria Diduga Hasil Penangkaran

Macan Tutul Berkeliaran di Muria Diduga Hasil Penangkaran

Pati, Gatra.com - Belasan macan tutul yang mendiami pedalaman hutan kawasan Pegunungan Muria saat ini diduga bukan penghuni asli di wilayah kabupaten yang masuk kedalam triangle Muria, yakni Kabupaten Kudus, Pati dan Jepara.
Kepala Desa Plukaran, Mulyono mengatakan, jika macan tutul (Panthera pardus melas) di pedalaman hutan Muria merupakan karnivor yang sengaja dilepas. Hal itu disebutkan usai ditemukannya bangkai anakan macan tutul di dekat permukiman warganya turut Kecamatan Gembong, Pati, Minggu (12/1).
"Itu (macan tutul) sengaja ditanduri (dilepas). Tujuannya dilepas di hutan itu untuk apa, kami masih belum tahu hingga sekarang," ujarnya dalam bahasa Jawa saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (15/1).
Sebelum ditemukan bangkai anakan macan berusia 1,5 tahun oleh pencari rumput, menurutnya, warga sering berinteraksi dengan kucing besar. Hanya saja sejauh ini belum ada konfrontasi antara penduduk dengan macan tutul.
"Memang cerita orang-orang sering bertemu macan hidup. Banyak (jumlah macan tutul). Itu sengaja (ditaruh) sana, ini untuk apa? Bukannya malah membuat warga dalam bahaya. Tujuannya ditaruh itu apa?" ketus Mulyono.
Stakolder Engagement Manager YKAN, Rudi Zapariza saat bertandang di Kudus pada penghujung tahun lalu membeberkan, jika kawasan Pegunungan Muria memang menyimpan fauna eksotis yang terancam keberadaannya, termasuk macan tutul.
Berdasarkan data YKAN, hasil camera trap pada Agustus-November 2018, terpantau 13 macan tutul di area studi seluas 53,32 kilometer persegi. Rata-rata macan tutul yang tertangkap kamera sudah berukuran dewasa.
Direktur Muria Research Center (MRC) Indonesia, Moch Widjanarko menyebut, kemungkinan dilepasnya karnivor Jawa di kawasan hutan Muria sangat kecil. Ia menduga jika anakan macan itu, merupakan satu di antara hewan yang tertangkap camera trap YKAN.
"Sepertinya gak dilepas, bisa jadi itu macan yang ada di lokasi sekitar hutan lindung situ, dikuatkan oleh temuan YKAN," paparnya kepada Gatra.com.
Lanjutnya, hingga saat ini pihak Balai KSDA belum pernah melepaskan predator di hutan lindung Muria. Selama ini, BKSDA diketahui hanya melakukan pelepasan burung yang hampir punah keberadaannya di sana.
"Instansi belum pernah melepas satwa liar seperti harimau atau pun macan. Karena kesulitan, kan memang butuh keahlian khusus, selain transportasi dan sebagainya," ungkap Widjanarko.
Diperlukan kesadaran  manusia untuk ikut melindungi satwa liar, termasuk macan tutul sebagai bagian dari keseimbangan ekosistem Pegunungan Muria. Apalagi, macan tutul merupakan salah satu top predator dari ekosistem, jika terganggu habitatnya, maka macan tutul akan turun ke permukiman.
"Seperti yang pernah terjadi di tahun 2006 dan 2014 di Tempur (Jepara). Akhirnya macan tutul dibawa ke Semarang oleh BKSDA di Semarang Zoo saat itu," pungkasnya.
6377