Tegal, Gatra.com - Ulama yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Luthfi bin Yahya menyebut nelayan merupakan informan yang bisa memberikan informasi terkait kekayaan laut Indonesia yang harus dijaga.
"Bapak-bapak nelayan kita ini bukan sembarangan. Paling tidak akan menjadi informan yang tidak formal. Mata dan telinganya akan melihat keluasan lautan Indonesia, mana yang hak kita dan mana yang tidak hak kita," kata Habib Luthfi di hadapan nelayan saat peringatan Hari Dharma Samudera di Pelabuhan Pelindo Tegal, Rabu (15/1).
Dalam kesempatan itu, ulama kharismatik asal Pekalongan ini menekankan pentingnya menjaga nasionalisme. Dengan nasionalisme yang semakin kuat, maka sebuah bangsa tidak akan melupakan sejarahnya.
"Kalau kita mengenal sejarah sehingga negara ini negara kesatuan persatuan, Insya Allah kita akan menjadi umat dan generasi penerus yang tidak akan melupakan dan tidak akan mengecewakan para luluhur dan pendiri bangsa ini," ujarnya.
Lebih lanjut Habib Luthfi juga berpesan untuk selalu menjaga keutuhan, kesatuan, dan persatuan kerena merupakan panjak jimat di Indonesia. "Selagi ada panjak jimat kesatuan dan persatuan, Insya Allah Indonesia akan semakin kuat, semakin jaya," tandasnya.
Menurut Habib Luthfi, momen peringatan Hari Dharma Samudera akan menjadi contoh dan bekal bagi generasi penerus bangsa untuk menghadapi tantangan ke depan yang semakin besar.
"Apakah kita-kita ini selaku generasi yang akan datang mampu menjawab tantangan umat dan tantangan bangsa atau tidak, menjadi perekat umat, menjadi perekat bangsa, menjadi lem umat, menjadi lem bangsa. Sehingga kita bisa menujukkan bahwa Indonesia kuat, Indonesia jaya," ujarnya.
Sementara itu, peringatan Hari Dharma Samudera ke-58 yang digelar Pangkalan TNI AL (Lanal) Tegal diisi dengan upacara dan tabur bunga. Upacara dan tabur bunga untuk mengenang pertempuran di Laut Aru Maluku antara Angkatan Laut RI dan melawan Belanda pada 15 Januari 1962 itu diikuti anggota TNI, Polri, nelayan, mahasiswa, dan pelajar.