Karanganyar, Gatra.com - Sejumlah petani di Kabupaten Karanganyar mengeluhkan distribusi pupuk bersubsidi yang seret di awal masa tanam (MT) I. Selain langka, harganya juga melambung.
Pengawas Kelompok Tani di Desa Blorong, Jumantono, Tukino mengatakan kebutuhan memupuk di awal bercocok tanam urgen. Namun kelangkaan barang bersubsidi itu selalu terjadi di peralihan panen ke musim tanam pertama.
"Kondisi langka pupuk di awal MT I selalu dialami petani. Entah apa yang menyebabkannya. Padahal butuh banyak. Pengecer bilang belum disetori. Ada pun hanya sedikit,” katanya kepada Gatra.com di Karanganyar, Rabu (15/1).
Di Kecamatan Jumantono, kondisi pupuk subsidi langka dialami juga oleh petani di Desa Blorong dan Genengan. Hal tersebut memicu pola tidak sehat seperti pembelian pupuk subsidi ke pengecer di luar kelompok. Bahkan, terjadi penjualan di atas harga eceran tertinggi (HET).
Setahu dirinya, kelangkaan pupuk subsidi juga dialami petani di Desa Mojoroto Kecamatan Mojogedang dan Desa Kalijirak Kecamatan Tasikmadu. “Saat ini mulai normal distribusinya. Kelangkaan itu pada awal MT 1,” katanya.
Ia mengatakan pupuk subsidi dijual eceran di atas HET, seperti Za harga normalnya Rp70 ribu menjadi Rp95 ribu dan Urea harga normal Rp90 ribu menjadi Rp115 ribu.
"Untuk pemupukan di sekali musim tanam biasanya butuh 10 ton pupuk per petak,” katanya.
Ia meminta pemerintah mengurai kembali alur distribusi pupuk subsidi dan menindak tegas jika terjadi penyelewengan.
Sementara itu Ketua Paguyuban Pompanisasi Desa Suruh, Tasikmadu, Anton Supardi membenarkan terjadi kelangkaan pupuk subsidi pada awal MT 1.
Masa tanam pertama bergeser dari seharusnya Oktober 2019 menjadi Desember 2019 atau awal 2020.
Saat ini, 20 persen petani di desanya yang baru saja memulai bercocok tanam, kesulitan memperoleh pupuk kimia itu.
"20 persen petani kami kesulitan pupuk. Mereka itu yang baru mulai menanam,” katanya.
Di desanya, Anton mengatakan luasan lahan tanam padi mencapai 120 hektare. Sedangkan hasil panen pada musim terakhir mencapai 1,8 ton gabah per patok.
"Satu patok ukurannya sekitar 2.000 meter persegi,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Karanganyar, Siti Maesyaroch mengakui sempat terjadi keterlambatan dalam distribusi pupuk subsidi di awal 2020. Namun, ia memastikan sekarang telah tersalurkan.
"Hanya terlambat didistribusi. Sekarang sudah beres. Untuk MT 2 dan selanjutnya, saya yakin tak terlambat," katanya.