Pati, Gatra.com - Ada berbagai versi siapa penemu anak macan tutul (Panthera pardus melas) yang tergeletak tak bernyawa di Desa Plukaran, Kecamatan Gembong, Pati. Namun yang pasti, hasil laboratorium BKSDA Jateng dan Semarang Zoo mengungkap, tidak ditemukannya adanya kekerasan pada bangkai satwa yang dilindungi itu.
Kepala BKSDA Jateng, Darmanto mengatakan, hasil pemeriksaan dengan sinar x ray di klinik hewan Griya Satwa Lestari tidak ditemukan proyektil maupun luka di tubuh karnivor Jawa berjenis kelamin jantan yang diperkirakan berusia 1,5 tahun itu.
Guna mengetahui penyebab lain, rencananya bangkai anak macan bakal dibawa ke Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga untuk uji laboratorium lambung dan usus, ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (14/1).
Dari data yang sama disebutkan, jika penghuni pedalaman hutan Muria itu kali pertama ditemukan oleh istri bapak Tarmuin warga Desa Plukaran RT 03/RW02. Fauna nahas itu tergeletak kurang lebih 50 meter dari kandang sapi turut kebun Sekar Gading.
Sementara menurut pihak Mapolsek Gembong, penemu pertama ialah Khoirul Huda dan Sutarmin (16) warfa Desa Plukaran RT 03/RW 08. Ihwal tersebut turut diamini Kepala Desa Plukaran, Mulyono.
Itu ditemukan Khoirul Huda, saat itu dia nyari rumput di sekitar lokasi. Pas dia manjat cari daun, dia melihat bangkai anak macan tutul, jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (14/1).
Tak berapa lama setelah ditemukan bangkai salah satu fauna langka di kawasan Pegunungan Muria itu, sebut Mulyono, warga sepakat untuk mengebumikannya di pekarangan belakang rumah Sutarmin.
Terpisah, Pejabat RKW I Pati Barat BKSDA Jateng, Arif Susioko membeberkan, jika penemuan bangkai itu berjarak sekitar 25 meter dari rumah warga. Lantaran timbulnya bau yang sangat menyengat diperkirakan proses pembusukan sudah berlangsung.
Kemarin sore saya bongkar [kuburan macan] sekitar jam 15.00 WIB. Kemudian pukul 22.00 WIB tadi kami bawa ke Semarang untuk proses uji lab, paparnya saat ditemui Gatra.com secara eksklusif, Selasa (14/1).
Diberitakan sebelumnya, kawasan Pegunungan Muria memang masih menyimpan fauna endemik yang terancam keberadaannya. Berdasarkan camera trap yang terpasang pada Agustus hingga November 2018, terpantau sebanyak 13 macan tutul dengan ukuran 1-2 meter.
Dari area studi seluas 53,32 kilometer persegi di kawasan terdalam Pegunungan Muria, macan tutul jawa itu sudah berukuran dewasa. Hal tersebut diutarakan Stakolder Engagement Manager YKAN, Rudi Zapariza saat diskusi di Bumi Perkemahan Desa Menawan, Kecamatan Gebog, Kudus pada 14 Desember 2019 lalu.