Sejumlah atlet atletik junior yang baru pertama kali ikut SEA Games mencatatkan hasil maksimal. PB PASI menekankan aspek regenerasi ke depannya. Opsi atlet blasteran bisa dipertimbangkan.
Lima hari pertarungan di cabang olahraga atletik pada gelaran SEA Games XXX Filipina 2019, Indonesia berhasil mengumpulkan 5 emas, 6 perak, dan 5 perunggu. Dari 25 nomor yang diikuti tim Merah Putih, ada sejumlah nama baru yang muncul meraih prestasi.
Dari tim putri ada Odekta Elvina Naibaho yang ikut pada nomor 10.000 meter dan Full Marathon 42K. Sayangnya saat berlaga, dia jatuh pingsan 600 meter sebelum finish.
Namun, dia bangkit kembali dan merebut perunggu di 10.000 meter. “Waktu jatuh itu saya sudah gelap. Rasanya mau mati. Sudah sangat lelah. Muncul bayangan saya ada dalam peti mati. Sudah tak merasakan apa-apa lagi. Saat sadar tahu-tahu saya sudah di rumah sakit,” kenang Odekta.
Nama lain, ada Agustina Mardika Manik. Atlet asal Sumatra Utara (Sumut) tersebut langsung mengumpulkan dua medali di SEA Games perdana dia ini. Perak pada nomor 1.500 M dan perunggu dari nomor 800 M. Lebih jauh lagi, untuk yang belakangan, dia malah mencatatkan best time pribadi, dari yang sebelumnya 2 menit 11 detik menjadi 2 menit 10,42 detik.
Sementara itu, Pretty Sihite yang dipercayakan di nomor 3.000 meter steeplechase (SC) alias lari halang rintang, sempat terisak. Pasalnya, dia sempat bertahan di posisi kedua. Namun, pada lap penghujung, usai loncatan terakhir ke bak air, jarinya kram, dan larinya pun melambat.
Alhasil, Pretty bisa disalip oleh pelari Filipina, Gagnao Joida. Belakangan, ia nyaris pingsan dan harus segera mendapat perawatan medis, sesaat setelah finish di urutan ketiga.
Dari kelompok putra juga ada sejumlah hasil memuaskan. Sapwaturrahman memenangkan emas di nomor lompat jauh (high jump). Setelah itu, dia kembali merebut perunggu pada nomor lompat jangkit (triple jump) dengan hasil akhir lompatan 16,21 meter yang berlangsung di Athletics Stadium, New Clark, Filipina, Selasa, 10 Desember.
Drama singkat sempat terjadi pada Edwin Binsar Halomoan. Awalnya, dia berakhir di posisi kedua pada nomor lari gawang 400 meter putra dengan catatan waktu 50,81 detik. Tak lama, panitia menyatakan dia didiskualifikasi. Alasan mereka karena kesalahan terkait gawang yang dijatuhkan pria kelahiran 20 Desember 2000 itu.
Para ofisial Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) segera bergerak mendatangi panitia. "Ya, kita sama-sama cek ulang video pertandingan. Lalu kita review bersama. Akhirnya keputusan itu dianulir dan perak ini dinyatakan sah," ujar Sekjen PB PASI, Tigor Tanjung.
Sementara itu, nama-nama senior seperti Emilia Nova, Purwanto Atjong Tio, Eki Febri Ekawati, Triyaningsih, dan lainnya, mencatat hasil bervariasi. Ini menjadi catatan PB PASI “Saya rasa kata kuncinya regenerasi ya. Kita gembira melihat debutan-debutan. Halomoan, Agustina Manik, Odekta, dan yang lain. Mereka menunjukkan hasil yang baik walau belum medali emas. Mereka punya masa depan. Ini yang harus diperbanyak lagi,” ucap Tigor.
Terkait hasil keseluruhan, Tigor mengaku pihaknya berencana mempelajari strategi Vietnam dan Thailand yang belakangan ini menghasilkan generasi baru yang sukses merebut emas. Berapa banyak yang diturunkan di SEA Games dan berapa banyak prestasi yang diraih. “Itu harus kita pelajari. Kita tidak boleh ketinggalan,” imbuhnya.
Salah satu poin yang menarik perhatian Tigor adalah terkait atlet-atlet blasteran. Ini banyak terlihat di kontingen tuan rumah. Para remaja kaukasian yang memiliki darah Filipina dan siap kembali membela negara tersebut.
Tren serupa tampak pula di Thailand. Salah satunya peraih emas 10.000 meter putra, Tuntivate Kieran. Dia mengalahkan atlet andalan Indonesia, Agus Prayogo yang berakhir di posisi kedua.
Dengan hasil ini, apakah PB PASI puas dengan hasil SEA Games ini? “Kalau dalam arti sesuai kekuatan kita, puas. Tapi kalau dibandingkan dengan negara lain, kita belum puas. Capaian target medali kita juga hanya pas, tak lebih dan tak kurang,” ujar Tigor.