Home Politik LSI: Tren Sentimen Negatif Cina Naik saat Pemilu 2019

LSI: Tren Sentimen Negatif Cina Naik saat Pemilu 2019

Jakarta, Gatra.com - Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan menyampaikan berdasarkan temuan dari survei yang disampaikannya, Presepsi publik Indonesia terhadap Pengaruh negara Cina di Indonesia meningkat dalam medio 4 tahun terakhir, yaitu pada tahun 2016 hingga 2019.
"Yang kita cermati peningkatan tajam terjadi pada tahun 2016 hingga 2019. Dan itu yang seperti kita ketahui merupakan periode atau tahun politik yang sedang terjadi di dalam negeri," Kata Djayadi saat menyampaikan Rilis Temuan LSI di Kawasan Menteng, Jakarta, Minggu (12/1).
Dari data yang disampaikan oleh Djayadi, berdasarkan pilihan di Pemilu 2019, justru kalangan pemilih Pasangan Prabowo-Sandiaga menilai pengaruh Cina di Indonesia paling besar dengan presentase Sangat Besar (18%) dan Cukup Besar (56%).
Angka tersebut juga dibarengi dengan persepsi negatif di mana presentase pengaruh Cina dianggap oleh pemilih Prabowo-Sandi di tahap Sediit Buruk, Cukup Buruk, dan Sangat buruk masing-masing berada di angka 18%, 30%, dan 1%. Berbanding jauh dengan angka Pemilih Jokowi-Maruf yang berada di angka 8%, 12,%, dan 4% dan justru merespon positif terhadap pengaruh Cina di Indonesia.
"Ini juga terlihat bahwa sentimen negatif terhadap Cina cenderung jauh lebih tajam di kalangan yang menilai ekonomi buruk, Pendukung Prabowo-Sandi, serta partai partai Pendukung Prabowo-Sandi seperti Gerindra, PAN, PKS, dan Demokrat," Kata Djayadi.
Lebih lanjut, Menurut Djayadi sentimen negatif terhadap Cina meningkat tajam khusunya di medio tahun politik Indonesia menunjukan ada fenomena Partisanship dalam kecenderungan penilaian masyarakat terhadap negara negara yang berpengaruh di Indonesia. Persepsi masyatakat juga didorong oleh penilaian mereka terhadap keadaan ekonomi dan kinerja pemerintah.
"Penilaian masyarakat terhadap negara-negara paling berpengaruh di Asia dan Indonesia tersebut berhubungan dengan sejumlah faktor seperti keadaan ekonomi, kinerja pemeringah, keberpihakan politik dan sejumlah faktor demografi," pungkasnya.
202