Natuna, Gatra.com - Sejak dimulai operasi siaga tempur laut, guna pengamanan di wilayah perairan Natuna Utara, pascainsiden pengusiran nelayan Indonesia oleh Kapal Otoritas Cina beberapa waktu lalu, satu Pesawat intai Maritim Boeing 737 AI-7301 TNI AU dari Skadron 5 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makasar, diterbangkan.
Panglima Komando Gabungan Wilayah I (Pangkogabwilhan I) Laksdya TNI Yudho Margono mengatakan, Tim patroli kembali melakukan pemantauan wilayah Laut Utara Natuna dan sekitarnya melalui udara. Petugas patroli masih mendeteksi keberadaan puluhan Kapal Ikan Asing (KIA) di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia.
“Menanggapi hal itu, tindakan persuasif dilaksanakan. Tiga KRI, yakni KRI Karel Satsuit Tubun (KST) 356, KRI Usman Harun (USH) 359 dan KRI Jhon Lie 358 diperintahkan untuk langsung menuju titik koordinat kapal asing yang terdeteksi tersebut berada,” katanya, dalam siaran pers yang diterima Gatra.com, Sabtu (11/1) di Batam.
Jendral Bintang Tiga tersebut mengatakan, sedikitnya ada 30 KIA yang terdeteksi masih menduduki Laut Natuna bagian Utara, pasca insiden kemarin. Tindakan pengusiran terhadap kapal ikan tersebut agar keluar dari wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia di lakukan.
"Sebagian KIA itu terpantau berada 10 mil di batas luar ZEE Indonesia, KRI kita juga melakukan komunikasi radio dengan Coast Guard Cina agar menggiring kapal ikannya untuk keluar dari wilayah ZEE Indonesia. Berdasarkan laporan di lapangan, Kapal milik Otoritas Cina itu manut, sebelum tindakan tegas diambil,” ujarnya.
Menurutnya, operasi dan patroli laut serta pantauan dari udara akan terus dilakukan, hingga wilayah Laut Natuna Utara benar-benar aman dari aktivitas pencurian ikan oleh KIA. Hal itu dilakukan agar nelayan setempat tidak merasa terganggu pada saat melaut, dan mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah.