Natuna, Gatra.com - Masyarakat nelayan Kabupaten Natuna, Kepri, mengeluhkan penurunan hasil tangkapan laut pasca berkeliarannya kapal asing penangkap ikan di perairan Natuna. Ekonomi masyarakat nelayan juga kian parah, karena adanya kondisi cuaca ekstrim.
Ketua Himpunan Nelayan Indonesia (HNI) Kabupaten Natuna Zaenudin Hamzah mengatakan, penurunan tersebut terjadi setelah intensitas Patroli petugas Indonesia berkurang. Sehingga membuat Kapal Ikan Asing (KIA), kembali melakukan illegal fishing. Selain itu, persekusi di laut oleh kapal pengawas negara asing juga sudah berulang kali terjadi di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.
“Praktek illegal fishing di perairan Natuna sudah sangat lama terjadi, oleh karenanya, dipastikan hasil tangkapan nelayan turun sekitar 25 persen setiap tahun. Sebab mereka (KIA) menggunakan alat tangkap trawl dan pukat yang dilarang di Indonesia,” katanya kepada Gatra.com, Sabtu (11/1).
Upaya HNSI Natuna, kata Hamzah, sudah melaporkan setiap kejadian kepada pemerintah pusat, agar aksi ilegal fhising segera di tindak aparat keamanan. Sehingga masyarakat nelayan dapat neningkatkan potensi sumber daya alam di perairan Natuna Utara.
“Kapal pencuri ikan biasanya menggunakan pukat gandeng yang di oprasikan menggunakan dua kapal. Sangat merusak ekosistem, ikan dan trumbu karang,” ujarnya.
Hamzah cerita, saat Presiden Joko Widodo datang ke Natuna. Jokowi menyampaikan supaya nelayan jangan takut saat melaut. Pemerintah menjamin keamanan para nelayan, dengan peningkatan intensitas patroli oleh Kapal yang di miliki Pengawas Perikanan Sumber Daya Kelautan dan KRI Karel Satsuitubun – 356 TNI.
“Nelayan kami juga berharap selain perlindungan oleh aparat keamanan, pemerintah diminta terus melakukan edukasi kepada nelayan, modernisasi kapal penangkap ikan dan alat tangkap yang ramah lingkungan secara berkesinambungan, tingkatkan pembangunan industri perikanan yang kian moderen,” ujarnya.