Slawi, Gatra.com - Bangunan SD Negeri Cangkring 02, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah kondisinya memprihatinkan. Tiga ruang kelas rawan roboh dan ambruk sehingga membahayakan siswa dan guru.
Kondisi tembok ruang kelas IV, dan V tersebut tampak sudah retak-retak dan harus disangga menggunakan bambu agar tidak roboh. Bambu juga dipasang untuk menyangga bagian atap agar tidak ambruk.
Kepala SD Negeri Cangkring 02 Cecep Arsad mengatakan, kerusakan pada ruang kelas tersebut sudah terjadi sejak Oktober 2019. "Penyebabnya karena kemarin pada kemarau panjang, sawah di belakang sekolah yang sudah tidak digarap tanahnya retak kemudian menjalar ke pondasi bangunan," kata Cecep, Sabtu (11/1).
Kerusakan semakin parah karena kondisi bangunan yang sudah berusia tua. Saat dibangun, konstruksi bagian pondasi tidak memakai besi. "Semakin ke sini tembok semakin miring dan retaknya semakin bertambah. Makanya atapnya kita perkuat pakai bambu untuk mengantisipasi ambruk yang mendadak," ujar Cecep.
Cecep mengaku sudah membuat laporan tertulis ke UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Talang dan Dinas Pendidikan Kabupaten Tegal terkait kondisi tersebut dengan harapan bisa segera dilakukan perbaikan. Sebab kerusakan pada bangunan sekolah yang dibangun pada 1975 itu sudah mengkhawatirkan.
Apalagi sebelumnya satu ruang kelas sudah pernah ambruk. Peristiwa yang terjadi pada 2003 itu menyebabkan satu siswa meninggal dunia.
"Dari dinas katanya baru ada anggaran tahun 2021. Tahun ini belum bisa. Disarankan disangga pakai bambu dulu. Saya juga usaha ke anggota dewan. Supaya diusahakan rehab karena sudah urgen sekali. Di musrenbang desa juga saya juga minta usulan dikawal. Kalau bisa tahun 2020 direaliasikan rehab," ungkap Cecep.
Cecep menyebut, dari tiga ruang kelas yang rawan roboh dan ambruk, satu ruang sudah dikosongkan. Siswa kelas V B yang biasanya menggunakan ruang tersebut digabung dengan dengan kelas V A.
"Ada 77 siswa kelas IV dan V. Rencananya mau saya pindah ke ruangan BPD di balai desa. Takutnya kan peristiwa 2003 terulang," ucapnya.
Guru kelas V Wardi mengaku was-was ketika proses belajar mengajar berlangsung karena kondisi ruang kelas yang rawan roboh dan ambruk.
"Kami selalu waspada, nyuruh anak -anak untuk sama-sama waspada. Kalau istirahat jangan di dalam kelas. Ada rasa was-was. Apalagi ini lagi musim angin begini," ujarnya.