Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum (ketum) PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menjelaskan inti semangatnya. Karier politik yang bisa dibilang tak mudah. Setiap kepedihan yang dialaminya, Presiden kelima RI ini selalu mengingat sang ayah, Proklamator RI, Bung Karno dan nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila.
"Kegembiraan, kepedihan, kemajuan, harapan, kekecewaan, rasa pahit, rasa getir, manis, cemas, letih, babak belur, semua telah kami alami. Setelah PDIP berturut-turut menang, di dua kali Pemilu, 2014 dan 2019, pertanyaan yang diharapkan selalu menghentak dalam dada saya, inikah makna yang berarti kemenangan politik? Jika sudah menang pemilu, lalu mau apa?" kata Megawati dalam pidato politiknya dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I PDIP di JIEXpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (10/1).
Megawa ti kemudian mempertanyakan apakah pemilihan hanya kemenangan elektoral saja. Ia pun mengaku dirinya merenung usai pilpres dan mengingat kembali soal lama perjuangan politiknya di masa lalu.
"Beberapa hari ini saya merenung, saya mencoba memperbesar lagi lembar-lembar kehidupan politik yang saya lewati. Perenungan spritual itu mengingatkan saya pada kotak pandora ingatan, kotak yang berisi tujuan-tujuan dan kebijakan politik laki-laki yang saya panggil bapak," jelas dia .
“Bapak yang meminta Megawati adalah Bung Karno. Yang selalu mendidik Megawati sejak kecil untuk hidup di jalan pengabdian ke tanah air dan bangsa,” tambahnya.
"Bapak mengatakan, saya memohon kepada Allah SWT, tetapkanlah kecintaannya pada tanah udara dan bangsa, selalu dinyalakan di dalam saya yang sudah tiba sampai masuk ke dalam kubur saat Allah datang," tutur Megawati.
Megawati mengaku pernah dalam posisi terendah saat memimpin Partai Demokrasi Indonesia. Saat itu, dia menyadari berada di posisi berseberangan dengan pemerintahan Soeharto.
Namun, perbedaan itu membuat kantor PDIP diserang pada 27 Juli 1996.
"Saya sangat merasa prihatin. Karena saya merasa bukan diri saya yang terobek. Tetapi hukum di Indonesia terobek. Karena bagaimana mungkin sebuah partai yang telah sah ditandatangani oleh republik ini, lalu tiba-tiba diserang dan dengan korban yang sampai sekarang ini belum diketahui berapa jumlah yang sebenarnya," ujarnya.
Meski kerap jatuh, Megawati mengaku selalu berpegangan pada pesan sang bapak (Soekarno). Selain itu, Megawati juga berpegangan pada keyakinan ideologi Pancasila yang memiliki kepemimpinan membumi.
Menurutnya, keyakinan itu menjadi perhatian karena Pancasila harus diperjuangkan. Agar terwujud kemerdekaan yang lengkap, makmur, adil, sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Bangsa Indonesia yang menyumbang penuh bagi dunia.
"Itulah doa bapak saya, yang diajukan oleh rakyat Indonesia dengan sebutan Bung Karno. Doa bapak selalu menuntun saya disaat dibutuhkan gamang atau hampir kalah dalam pertarungan politik," kata Megawati.