Jakarta, Gatra.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar mata uang rupiah masih menjadi yang terkuat di ASEAN hingga saat ini.
Menurutnya, dengan perkasanya rupiah di kancah intetnasional, menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Tanah Air semakin membaik.
"Penguatan nilai tukar rupiah mencerminkan fundamental ekonomi kita itu bentuknya, bahwa perkiraan pertumbuhan ekonomi yang akan lebih tinggi," katanya, di Jakarta, Jumat (10/1).
Sementara itu, pada hari ini nilai tukar rupiah tercatat mengalami penguatan hari ini, yaitu di level Rp13.750 terhadap dolar Amerika Serikat.
Penyebabnya, lanjut Perry karena inflasi yang rendah, yakni pada level 3 persen plus minus 1. Begitu juga dengan stabilitas eksternal yang masih terjaga, yang mana tercermin dari current account deficit atau CAD yang tumbuh stagnan di level 2,3-3 persen, dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Pembiayaan CAD yang lebih besar dari surplus neraca modal yang lebih besar. Dan kondisi fundamental apa yang lebih bagus, itu terkait dengan cadangan devisa yang tinggi, mencerminkan stabilitas eksternal," jelas Perry.
Tidak hanya itu, lanjut Perry kuatnya rupiah disokong juga oleh pasukan valuta asing, yang mana lebih banyak dari permintaannya.
Supply valas itu, ucap Perry, bersumber dari eksportir yang menukarkan devisanya ke rupiah dan aliran modal asing yang deras ke Indonesia.
"Supply valas ini cukup memenuhi permintaan pasar, dan penguatan menunjukkan confidence kebijakan pemerintah dan bank sentral," katanya.
Jika kondisi tersebut tetap dijaga, Perry yakin, pertumbuhan ekonomi dalam negeri diperkirakan dapat mencapai level 5,1-5,5 persen year on year (yoy), pada tahun 2020.
“Untuk mewujudkan hal tersebut, BI akan selalu mengawal rupiah, agar nantinya rupiah tetap pada fundamentalnya,” ujarnya.