Jakarta, Gatra.com - Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, adanya kecenderungan peningkatan obesitas pada penduduk Indonesia dan wanita memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Seperti di negara lainnya, penyebab obesitas di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor seperti semakin tingginya konsumsi makanan olahan, rendahnya aktivitas fisik, serta pengaruh sosial budaya.
Diketahui, pengolahan makanan dengan suhu tinggi, kadar air rendah dan waktu pemasakan yang lama seperti digoreng, dipanggang maupun dibakar dapat meningkatkan kadar Carborxymethyl lysine (CML) dalam makanan sebesar 10-100 kali lebih tinggi dibandingkan kadarnya sebelum diolah.
CML merupakan struktur gula pereduksi yang berikatan dengan protein yang dapat terbentuk di dalam makanan maupun di dalam tubuh. Meningkatnya CML dapat menyebabkan obesitas karena adanya efek inflamasi atau peradangan di dalam tubuh yang dinilai dengan kadar TNF-?.
"Jadi di dalam makanan yang mentah itu sebetulnya memang sudah ada CML meskipun jumlahnya lebih rendah. Proses mengolah makanqn dengan menggoreng, membakar dan dipanggang itu kadarnya menjadi lebih tinggi," kata Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Patricia Budihartanti Liman usai promosi doktoral di IMERI FKUI, Jakarta Pusat, Kamis (9/1).
Adapun dari hasil disertasinya, dr. Patricia menyebutkan makanan dengan nilai CML yang tinggi berasal dari Minangkabau dan Sunda. Untuk Minangkabau yakni rendang, ikan bilis goreng dan kalio. Sementara Sunda antara lain cimol, ikan peda goreng dan bakso.
"Baik makanan yang digoreng ataupun makanan direbus dengan jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kadar CML yang tinggi. Maka saya menyarankan, untuk lebih sering mengolah makanan dengan cara ditim atau pepes saja," pungkasnya.