Jakarta, Gatra.com - Yuda Kurniawan membuat film "Nyanyian Akar Rumput" untuk merawat ingatan generasi muda atas kasus penghilangan paksa Wiji Thukul. Film ini disajikan dengan gaya yang lebih populer.
Yuda selaku Produser dan Sutradara "Nyanyian Akar Rumput" mengatakan, film ini dibuat sebagai gerakan melawan lupa atas kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang terjadi kepada Wiji Thukul dan aktivis lainnya. Menurutnya, film menjadi salah satu media yang relevan untuk menyampaikan informasi kepada generasi muda.
"Saat film ini diputar di beberapa kampus, banyak anak-anak yang bilang, oh, ternyata ada, ya, kasus pelanggaran HAM Wiji Thukul," kata Yuda saat konferensi pers di Kantor Amnesty Internasional Indonesia, Jakarta, Rabu (9/1).
Film ini bercerita tentang Fajar Merah, anak bungsu Wiji Thukul, yang menjalankan kehidupannya setelah ayahnya diculik jelang reformasi 1998. Yuda memilih Fajar Merah untuk memerankan film ini karena ia ingin menceritakan kasus pelanggaran HAM dari sudut pandang anak. Harapannya, agar generasi muda lebih dapat menikmati film tersebut.
Selain sebagai gerakan melawan lupa, Ketua Umum Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI), Wanmayeti, berharap pemutaran film ini dapat meingatkan janji pemerintah kepada keluarga yang menjadi korban penghilangan paksa.
"Hanya harapan yang keluarga korban punya. Mereka berharap ada kejelasan dari pemerintah atas hilangnya keluarga mereka, apakah masih hidup atau tidak," kata Wanmayeti.
"Nyanyian Akar Rumput" akan tayang di bioskop mulai 16 Januari 2020. Film ini nantinya akan ditayangkan di 10 kota yang ada di Indonesia. Adapun 10 kota tersebut adalah Jakarta, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Palembang, Makassar, Medan, Bandung, dan Purwekero.
Reporter: RRA