Jakarta, Gatra.com - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita beberapa waktu lalu telah mengajukan 3 opsi terkait penurunan harga gas bagi industri pada Presiden Joko Widodo.
Saat ini harga gas bagi industri masih berkisar antara US$8 hingga US$9 per MMBTU.
"Tiga opsi (sudah diajukan pada) pak Presiden, kami sepakat dan setuju karena merupakan cara mendapat harga ideal maksimal US$6 per MMBTU," kata Menperin Agus di Tangerang, Kamis (9/1).
Agus menyebut, pemerintah saat ini sedang mengkaji opsi terbaik yang akan diambil menjadi kebijakan penurunan harga gas bagi industri. Kemungkinan, kebijakan yang diambil pemerintah merupakan gabungan dari tiga opsi yang diajukan Kemenperin.
"Belum tentu memilih (opsi) satu dua atau semacam hybrid. Yang penting intinya dari kacamata Kemenperin, industri yang butuh bahan gas atau utility harus mendapat harga ideal agar mereka memiliki daya saing," tegasnya.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan impor gas bagi industri dari negara lain. Malahan, Agus yakin ada negara yang sanggup memasok gas bagi industri dengan harga di bawah US$6 per MMBTU.
"Saya yakin bahwa nanti ada negara menawarkan ke Indonesia US$4 per MMBTU. Kemudian let say ongkos kirim jadi US$4,5 harga yang dibeli. Kalau impor gas dibuka, harus dicatat tebal ya, tidak untuk lain, tapi untuk industri," jelasnya.
Pasalnya, menurut Agus, penurunan harga gas industri memang akan menurunkan pendapatan negara berupa pajak. Namun, akan meningkatkan penerimaan negara dari sisi lain.
"Kalau kebijakan impor diambil tentu harapan kami industri hulu sesegera mungkin menyesuaikan diri dan bisa efisien, ada kompetisi. Tidak lagi oligarki, tidak lagi monopoli. Ketika nanti industri bisa beli US$4,5 per MMBTU. Mudah-mudahan mata mereka terbuka, saya juga harus menjual US$4,5 ke industri," papar Agus.
Meski hingga saat ini Agus masih belum bisa menyebutkan negara mana yang akan menjadi pemasok gas bagi industri Indonesia. Ia hanya menyebut, pemasok gas ini akan berasal dari salah satu negara di timur tengah.