Home Politik Pengamat: Indonesia Pakai Jalur Diplomasi untuk Lawan Cina

Pengamat: Indonesia Pakai Jalur Diplomasi untuk Lawan Cina

Jakarta, Gatra.com - Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Evan Laksmana mengatakan bahwa untuk menuntaskan permasalahan di Natuna akibat klaim dari pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), pemerintah Indonesia perlu menengok ke opsi diplomasi.

Misalnya, kata Evan, pemerintah bisa membentuk koalisi dengan negara-negara yang juga batas ZEE bahkan kedaulatannya diklaim oleh Cina. Seperti negara-negara macam Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam. 
 
"Kita bisa koordinasi dengan Vietnam. Kita harus bisa membangun koalisi sendiri untuk memperluas jejaring diplamsi kita. Jadi kita ada temannya," kata Evan saat menjadi pembicara terkait sengketa Natuna di acara yang digelar Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Jakarta (9/1). 
 
Namun, kata Evan, ia agak kurang setuju jika diplomasi tersebut harus melalui ASEAN. Karena Tiongkok juga memiliki pengaruh di ASEAN. Karenanya, jalur diplomasi dibentuk berdasarkan kesepakatan antar negara saja. 
 
"Dari segi hukum kita sudah jelas dan tidak bisa diganggu-gugat, tapi kalo China tetap tutup kuping mengenai hukum internasional maka yang bisa dilakukan pemerintah adalah lewat jalur diplomasi," jelasnya. 
 
Sementara itu, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa pemerintah Indonesia jangan mau jika diajak bernegosiasi oleh pemerintah Tiongkok mengenai Natuna.  
 
Menurut Hikmahanto, pemerintah Tiongkok tidak menganggap adanya ZEE Indonesia di Natuna Utara. Cina mengklaim bahwa sembilan garis putus merupakan wilayah yang secara turun temurun digunakan para nelayan Cina untuk menangkapi hasil laut. Sementara Coast Guard Cina bertugas untuk menjaga wilayah tradisional tersebut. 
 
Batas yang diklaim Cina, kata Hikmahanto, adalah batas imajiner. Ia menerangkan, kalau saja Cina bisa mengklaim sembilan garis putus sebagai wilayahnya karena itu lahan perairan yang secara turun temurun digunakan nelayan Cina, mengapa tidak sekalian saja mereka klaim wilayahnya hingga ke Semarang. 
 
"Kan, Laksamana Cheng Ho, orang Cina, sudah pernah sampai ke Semarang," katanya. 
238