Karanganyar, Gatra.com - Masyarakat diingatkan kembali pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Petugas juga diterjunkan untuk menggerakkan para kader kesehatan sampai ke tingkat desa.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Cucuk Heru Kusumo mengatakan pantauannya difokuskan ke wilayah endemis DBD, seperti Karanganyar Kota, Tasikmadu, Kebakkramat, Jaten, Gondangrejo dan Colomadu.
"Mumpung di awal musim penghujan, jangan lengah. PSN justru digalakkan supaya tidak ada air tertampung yang kemudian menjadi media nyamuk bertelur," katanya kepada wartawan, Kamis (9/1).
Angka DBD di Karanganyar pada 2019 cukup tinggi. Setidaknya terjadi 333 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan 13 Dengue Shock Syndrome (DSS) dari Januari hingga April 2019 di Kabupaten Karanganyar. Dari jumlah itu, tiga orang meninggal dunia.
"Satgas turun sampai ke desa. Mengingatkan kembali pentingnya PSN. Tiap desa ada kadernya. Enggak boleh longgar. Harus terus dikuatkan sosialisasi dan aksi," katanya.
Diharapkan, kasus DBD dapat ditekan melalui peran aktif semua pihak. Jika jatuh sakit, Pemerintah Kabupaten Karanganyar menjamin biaya berobatnya sampai sembuh. Disediakan anggaran Rp690 juta untuk mengaver kebutuhan berobatnya.
"Pasien dikaver kebutuhannya. Mereka yang menderita DBD, campak, difteri, leptospirosis dan penyakit sejenisnya. Asalkan pasien mau menerima pelayanan standar, yakni kelas III," katanya.
Lebih lanjut dikatakan, belum dilaporkan kasus DBD hingga Kamis (9/1) sejak 1 Januari 2020.
Sementara itu di Kabupaten Sragen, daerah endemis berpindah ke Sragen bagian timur seperti Kecamatan Sambirejo dan Kecamatan Dawung.
"Seperti Sambirejo itu dulu tidak ada karena daerah dingin. Tapi dengan pergeseran cuaca ini Sambirejo jadi panas, itu sudah mulai ada. Kemudian Dawung atas seharusnya tidak ada, tapi sekarang ada," ungkap Kepala DKK Sragen Hargiyanto.
Dia menyebutkan, data yang masuk dari seluruh Puskemas pada awal tahun ini sebanyak 17 kasus suspect DBD. Para pasien berasal dari Kecamatan Kalijambe ada 5 orang, Tanon 3, Gemolong 2, kemudian Sukodono, Sragen, Tangen termasuk Dawung terdapat satu kasus.
"ini ada 17, tapi baru suspect ya, belum positif. Ini data yang masuk ke kami, tapi terus kita pantau dari data DD elektronik ini," katanya.
Hargiyanto mengklaim kasus demam berdarah di Sragen tahun 2020 ini jauh berbeda dengan tahun 2019, di mana pada awal tahun 2019 lalu, angka DBD meningkat signifikan.