Cilacap, Gatra.com – Fenomena Monsun Asia ditambah dengan Madden Julian Oscillation (MJO) memicu curah hujan yang sangat tinggi di kawasan eks-Karesidenan Banyumas. Curah hujan tinggi ini memicu banjir dan longsor di Cilacap dan Banjarnegara pada Rabu malam (9/1/).
Di Banjarnegara, setidaknya empat titik longsor terjadi pada Rabu petang hingga malam (8/1). Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Andri Sulistiyo mengatakan empat titik longsor yang sudah terdata hingga Rabu malam itu seluruhnya terjadi di jalan raya.
“Hari ini kan hujannya cukup besar ya. Banyak sih titiknya. Bukan hanya di Sikeliar. Di Banjarnegara itu ada banyak. Setidaknya ada empat,” katanya, saat dihubungi Gatra.com.
Empat titik longsor tersebut yakni, jalur provinsi antara Wanayasa-Batur di titik Sikelir, di Kecamamatan Pejawaran, Kalibening dan Kecamatan Batur. Seluruhnya adalah wilayah Banjarnegara bagian atas di kawasan Pegunungan Dieng.
Menurut dia, dampak terbesar terjadi di Sikelir. Pasalnya, jalur ini adalah akses utama Kecamatan Wanaya-Batur ke Kota Banjarnegara. Timbunan tanah longsor diperkirakan setebal satu meter dengan lebar kisaran tujuh hingga delapan meter. Panjang longsoran belum dihitung lantaran petugas belum berani mendekat ke titik longsor lantaran masih ada pergerakan.
Dia mengklaim malam ini petugas dan relawan berjaga di sekitar lokasi longsor. Akan tetapi, belum dilakukan penanganan. Sebab, hujan masih berlangsung di kawasan ini.
“Kalau malam ini masih hujan kita juga belum berani penanganan ya, untuk menjaga safety ya. Karena di atas juga masih gerimis. Ini teman-teman juga masih di atas,” ucapnya.
Fenonema Monsun Asia dan MJO juga memicu banjir di Kabupaten Cilacap. Hujan lebat menyebabkan air Sungai Citanduy melimpas dan masuk ke permukiman. Akibatnya, 210 rumah terendam banjir pada Rabu malam.
PJ Kepala Desa Mulyadadi, Aji Pramono mengatakan dua dusun yang terendam adalah Sidamulya dan Mulyadadi. Ketinggian air mencapai 40 sentimeter di dalam rumah, dan kisaran satu meter lebih di luar rumah.
Kata dia, air mulai melimpas ke permukiman sekitar pukul 20.00 WIB. Setelah itu air bertambah tinggi menyusul semakin resanya limpasan air dari Sungai Cijalu. Sementara ini tidak ada warga yang mengungsi. Akan tetapi, jika banjir bertambah parah kemungkinan besar warga akan diungsikan ke wilayah yang lebih aman, misalnya ke balai desa.
“Kalau dusunnya ada dua dusun, kemudian ada 5 RT, yang terdampak, Jumlah kepala keluarga ada 210. Kalau di dalam rumah ada yang mencapai 40 sentimeter,” kata Aji.
Aji Pramono mengemukakan, wilayah Mulyadadi nyaris tiap tahun terdampak banjir Cijalu. Pasalnya, tanggul sungai tidak mampu menahan debit yang naik pada puncak penghujan. Banjir kali ini adalah yang pertama musim penghujan kali ini.
“Ke depannya begini, PUPR atau dari Balai Besat Wilayah Sungai Citanduy, bisa melakukan upaya normalisasi Sungai Cijalu dan normalisasi tanggul Sungai Cijalu. Kalau itu sudah tertangani ya mungkin bisa menangani banjir tahunan,” ungkapnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Cilacap memperingatkan kemungkinan meningkatnya potensi bencana hidrometeorologi akibat adanya fenomena monsun Asia dan MJO. Beberapa wilayah terdampak adalah Cilacap bagian utara, Banyumas, Banjarnegara, serta sebagian wilayah Jawa Tengah lainnya.