Tokyo, Gatra.com – Iran mengaku berada di balik serangan sembilan roket yang menghantam basis tentara Amerika Serikat di pangkalan udara Irak, Rabu pagi (8/1).
Serangan itu dilancarkan beberapa jam setelah pemakaman Qassem Soleimani, komandan pasukan elit negara Quds yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS pada 3 Januari.
Media pemerintah melaporkan bahwa Iran telah meluncurkan puluhan rudal ke pangkalan itu dan berjanji bakal memberikan gempuran lebih dahsyat.
Serangan ini menyebabkan harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Konflik ini akan berdampak pasokan minyak dunia.
Meski, para analis percaya harga minyak tidak akan naik signifikan selama fasilitas produksi minyak tidak terpengaruh oleh serangan.
Dilaporkan reuters, minyak mentah berjangka Brent, LCOc1 naik $ 1,56, atau 2,3%, menjadi $ 69,83 pada sekitar 0207 GMT, setelah sebelumnya naik ke $ 71,75, tertinggi sejak pertengahan September 2019.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate CLc1 naik $ 1,25, atau 2%, menjadi $ 63,95 per barel. Sebelumnya mencapai tertinggi $ 65,85, terbesar sejak akhir April tahun lalu.
"Ini menjadi sangat serius ... tetapi ada perasaan pencapaian dalam hal grafik teknis karena Brent telah melonjak hingga di atas $ 70 / barel dan mendekati level tertinggi pada September, 2019 setelah serangan terhadap situs minyak Arab Saudi," kata Hideshi Matsunaga, analis di Sunward Trading di Tokyo.
"Kita harus melihat seberapa besar dan apa kerusakan yang disebabkan oleh serangan terakhir, tetapi pasar minyak mungkin turun, seperti September lalu, jika kita dapat memastikan bahwa fasilitas minyak belum terpengaruh," katanya.