Cilacap, Gatra.com – Santri di Pondok Pesantren Rubat Mbalong, Ell Firdaus, Desa Tambaksari, Kedungreja, Cilacap, Jawa Tengah mulai membudidayakan lebah madu jenis lokal, Apis Cerana.
Penanggung jawab budidaya lebah, Irfan mengatakan budidaya madu didasari potensi pemasaran dan harga madu yang tinggi. Permintaan madu sangat tinggi dan jarang bisa dipenuhi oleh para peternak. Melihat peluang tersebut, Ponpes membudidayakan lebah madu jenis lokal, atau Apis Cerana ini.
Dia menjelaskan, budidaya lebah madu ini juga sangat mendukung sistem integrated farm atau pertanian terpadu organik yang dikembangkan pesantren ini. Pasalnya, dalam budidaya pertanian organik, pengendalian hama dilakukan dengan menanam berbagai jenis bunga Refugia.
“Bunga-bungaan bisa jadi makanan lebah,” katanya.
Selain refugia dan tanaman lainnya, di sekitar pesantren juga tumbuh ribuan pohon sumber pakan lebah di antaranya, pohon kelapa, kersen, dan berbagai jenis buah-buahan, seperti mangga, rambutan, alpukat dan lain sebagainya.
“Sumber pakannya melimpah. Jadi lebahnya bisa kerasan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, dari satu stup atau kandang lebah, secara rutin santri memanen sekitar satu hingga dua botol per bulan. Satu botol madu dijual dengan harga Rp160 ribu.
Sementara ini, baru ada 11 stup lebah madu jenis Apis Cerana. Ke depan, ponpes berencana menambah jumlah koloni lebah.
Ia mengaku tertarik membudidayakan lebah karena madunya yang bernilai tinggi. Prospek pemasarannya pun bagus. Bahkan, semakin hari, jumlah permintaan semakin banyak.
“Sekarang menjualnya mudah. Tinggal di-share di Facebook, pembeli datang,” ujarnya.