Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia/Indonesian Sawmill and Wood Working Association (ISWA), Soewarni membenarkan bahwa ekspor woodworking menurun 11%.
"Setelah kami hitung-hitung, memang woodworking untuk produksi. Salah satunya [yaitu] daun pintu yang mengalami penurunan 11%. Alasannya karena ada perang dagang antara AS dan Cina," ujarnya saat media briefing di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/2020).
Selanjutnya, saat melakukan pengecekan hasil produk woodworking. Sebagian besar diekspor ke Cina yang taat pada lingkungan. Sementara itu, industri di Cina masih menggunakan batubara.
"Cina ini kejam karena ketika industrinya masih menggunakan batubara, maka langsung digulung sehingga ekspor kami yang sebagian besar ke negara tersebut, turut mengalami penurunan," katanya.
Selain itu, sistem Online Single Submission (OSS), menurutnya juga jadi penyebab ekspor woordworking menurun. Oleh karenanya, Soewarni mengusulkan perlu mengundang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk membicarakan hal tersebut.
"OSS yang dikatakan mempermudah birokrasi, justru malah menghambat. Inilah yang dirasakan oleh pihak saya (ISWA) dan para investor. Mungkin sosialisasinya belum baik dan juga koordinasinya dengan pusat maupun daerah sehingga dirasa perlu mendiskusikan hal ini dengan BKPM," katanya.
Sehingga, Soewarni berharap agar perang dagang antara AS dan China segera selesai dan kembali rukun. Soewarni juga optimis bahwa ekspor woodworking akan membaik pada 2020.