Banyumas, Gatra.com – Wisata edukasi diyakini menjadi sarana pembelajaran yang efektif. Di Banyumas, Jawa Tengah, terdapat satu penangkaran buaya yang digadang-gadang bakal menjadi destinasi wisata edukasi khusus bagi yang suka dengan hal ekstrem.
Bagiamana tidak, pengunjung bisa memberi makanan secara langsung reptil yang menjadi puncak rantai makanan di habitatnya ini. Ukurannya beragam, mulai dari kecil hingga mencapai lebih dari 200 kilogram.
Penangkaran buaya ini berada di Desa Dawuhan Kulon, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Di tempat ini ada 52 ekor buaya berbagai umur, mulai usia remaja hingga indukan.
Pemilik penangkaran, Fatah Arif Suyanto (48) mengatakan kini ia memelihara tiga jenis buaya, yakni buaya Muara (Crocodylus porosus), buaya Papua (Crocodylus novaeguineae) dan buaya Sinyulong alias Supit (Tomistoma schlegelii).
“Terutama yang dari Indonesia ya, ada buaya Muara, Sinyulong, dan buaya Papua,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, meski belum resmi dibuka untuk wisata, akan tetapi satu-satunya penangkaran milik pribadi berizin ini sudah banyak dikunjungi oleh warga, terutama anak-anak. Mereka kerap ikut memberi makan buaya.
Buaya terbesar di penangkaran ini adalah Guntur, yang berbobot lebih dari 2,5 kwintal. Kemudian, ada juga Rambo yang juga berbobot sekitar dua kwintal.
Meski bernama Guntur dan Rambo yang identik dengan nama maskulin, keduanya adalah buaya betina indukan. Adapun pejantannya diberi nama Negro yang merupakan buaya jantan muda.
“Tadinya Rambo dikira jantan, ternyata betina. Itu dari Penangkaran Blanakan,” ucapnya.
Dia mengaku sudah mendapat lampu hijau dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk mengembangkan penangkarannya menjadi wisata edukasi.
Dia yakin, wisata edukasi itu akan sangat bermanfaat. Terutama mengajarkan anak-anak mengenai mengenal dan melestarikan alam. Terlebih, buaya semakin langka dan dilindungi.
“Kalau bukan kita yang berusaha melestarikan, siapa lagi,” ujarnya.