

Pati, Gatra.com - Asia Hardware Indonesia merupakan perusahaan asal Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang berhasil mengekspor produk kerajinan logam. Bahkan dalam perkembangannya, perusahaan ekterior dan interior ini tidak hanya memanfaatkan logam, namun merambah kayu dan rotan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan kerajinan.
General Manager Asia Hardware Indonesia, Tedhi Teguh Raharjo mengatakan produk reguler dan karya artwork dari perusahaannya tidak hanya diminati negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia saja.
"Kami juga ekspor ke Puerto Rico, Dubai dan Thailand. Kalau Eropa kami lewatnya Belgia, dari sana disebar ke seluruh kawasan benua Eropa," ujarnya kepada Gatra.com di kantornya, Kamis (2/1).
Kerajinan logam diakuinya merupakan bisnis turun temurun dari keluarga sejak tahun 1970-an, yang menghasilkan sejumlah produk, seperti spare part furniture, engsel dan baut yang terbuat dari kuningan, besi, stainless steel, serta timah.
Hanya saja, lantaran banyak perusahaan serupa yang bermunculan di Kecamtan Juwana, persaingan produk logam pun semakin ketat. Dan pada 1990, ia memilih fokus untuk bergerak di special order contohnya kap lampu, patung dan project artwork.
"Dulu waktu masih UMKM di Desa Growong Lor, kami memproduksi kap lampu. Mulai ada order sejak tahun 90-an. Sampai sekarang masih berlanjut. Sekarang kap lampu jadi produk reguler kami. Dalam sehari kami bisa hasilkan sampai 100 buah," sebut Tedhi.
Sejak 2004, dari yang sebelumnya berupa UMKM, didirikanlah CV Asia Hardware yang beralamat di Langgen Sawahan, Desa Langgenharjo, Kecamatan Juwana. Kini, Asia Hardware lebih banyak mengerjakan proyek interior dan eksterior untuk hotel, apartemen, dan residen.
"Biasanya yang banyak di Jakarta dan Bali untuk hotel dan vila. Kalau luar negeri, pernah ekspor ke beberapa negara Eropa, Dubai, Malaysia, Singapura dan Thailand. Untuk pasar luar negeri kayak Eropa, mereka suka yang artwork. Jadi yang ada seninya. Desainnya bisa mereka buat sendiri atau kami buatkan," paparnya.
Ia menambahkan, kali pertama melakukan ekspor yakni pada tahun 2010. Ketika itu, pihaknya mengerjakan proyek residen di Singapura. Sementara, proyek ekspor paling besar yang pernah ditangani ialah pengerjaan artwork eksterior di Langkawi International Convention Centre (LICC) Malaysia.
"Kami bawa semua crew dari sini ke sana, pulang pergi dari sini ke sana waktu itu," ungkap Tedhi.
Dari sisi profit, jenis produk artwork memiliki nilai ekonomi paling tinggi, profit yang dihasilkan bisa mencapai lebih dari Rp100 juta untuk satu item saja. Sedangkan produk reguler seperti kap lampu profitnya antara 15-25%.
"Kami mempekerjakan sekitar 40 karyawan. Jika ada proyek cukup besar, biasanya didatangkan pula tenaga tambahan hingga jumlah pekerja mencapai 100 orang," bebernya.