Batam, Gatra.com - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Fadjar Majardi menjelaskan, Kepri tercatat menjadi salah satu daerah penopang utama bagi Indonesia, dalam mengambil keuntungan dari efek domino perang dagang antara AS dan China.
Menurutnya, keuntungan diambil dari ekspor nonmigas Kepri ke Amerika Serikat (AS) dengan China pada 2019 mengalami kenaikan. Porsi ekspor Kepri ke China pada 2019 mencapai 12,23 persen dibanding tahun 2018, yakni sebesar 9,85 persen.
Sedangkan ekspor Kepri ke Amerika Serikat juga mengalami peningkatan dari sebelumnya 8,97 persen menjadi 10,95 persen.
“Semoga, moment ini menjadi pertanda baik, agar Kepri bergerak cepat meningkatkan ekspor untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang semangkin baik di awal Tahun 2020 ," kata Fadjar, pada Gatra.com, Kamis (2/1) di Batam.
Fadjar merinci, hingga akhir November 2019, realisasi ekspor nonmigas Kepri mencapai USD 6,73 miliar. Negara tujuan ekspor tertinggi masih dipegang Singapura dengan porsi mencapai 30,03 persen.
“Memang secara Nasional, Tahun 2019 Neraca Perdagangan Indonesia masih mengalami defisit sebesar USD 1,33 miliar. Defisit tersebut disebabkan oleh defisit sektor migas sebesar USD 1,02 miliar dan defisit nonmigas sebesar USD 300 juta,” ujarnya.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, 10 komoditas yang di ekspor dari Kepri ke Luar Negri antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, logam mulia dan perhiasan, karet dan barang dari karet, mesin dan peralatan mekanis, pakaian dan aksesorisnya serta alas kaki.
"Terhadap Amerika Serikat, pada moment perang dagang AS dengan Cina. Indonesia surplus sebanyak USD 8,5 miliar sepanjang Tahun 2019,” tuturnya.