Baghdad, Gatra.com - Massa aksi pendukung kelompok militer Irak mulai menarik diri dari kantor Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Baghdad pada Rabu (1/1).
Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), yang terdiri dari paramiliter Syiah menyatakan tuntutan yang disampaikan telah didengar oleh pejabat Kedubes AS. Mereka menghormati Pemerintah Irak untuk menjaga wibawa negara.
Dilansir dari Reuters pada Rabu ini, usai PMF mengumumkan hal tersebut, sebagian massa menggunakan ranting pohon palem untuk menyapu jalan depan kompleks kedutaan. Sedangkan anggota lainnya membereskan peralatan yang sudah disiapkan sebelumnya. Meski demikian, tidak seluruh massa kembali pulang ke rumahnya masing-masing. Beberapa di antaranya memilih mendirikan kamp di dekat kompleks Kedubes AS.
Sebelumnya pada Selasa (31/12/2019) lalu, Kedubes AS diserang oleh massa yang marah atas serangan udara pada kelompok yang didukung Iran dimana telah menewaskan 25 orang. Selain itu juga, dipicu oleh serangan udara yang diluncurkan pada Minggu lalu terhadap pangkalan milisi yang didukung Iran, Kataib Hezbollah sebagai pembalasan atas serangan rudal dan tewaskan kontraktor AS di sebuah pangkalan di Irak Utara.
Atas hal tersebut, massa berkumpul untuk aksi protes dengan melempar batu dan menghancurkan kamera pengintai. Mereka (massa aksi) juga melanggar batas luar kedutaan yang dijaga ketat tetapi tidak memasuki kompleks utama. Tak tinggal diam, pasukan keamanan yang berada di atas gedung menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi.
Aksi protes menandai perubahan baru dalam perang bayangan antara Washington dan Teheran di Timur Tengah dan timbulkan pertanyaan keberadaan militer AS berkelanjutan di Irak. Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump mengancam akan membalas Iran. Namun, kemudian ia menarik pernyataannya dimana tidak ingin terlibat dalam perang.