Harare, Gatra.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, warga Zimbabwe terancam kekurangan pangan. Dilansir dari DW, terdapat 14 juta penduduk Zimbabwe. Bantuan PBB diprediksi akan habis pada bulan Februari.
"Jutaan orang Zimbabwe dapat pergi tanpa cukup makan. [Hal ini dilakukan] dalam beberapa minggu jika komunitas internasional tidak datang dengan dana yang memadai untuk bantuan makanan ke negara itu," PBB memperingatkan pada hari Senin (30/12).
Sekitar 8 juta orang atau setengah dari populasi menghadapi kerawanan pangan. Data ini berdasarkan keterangan World Food Programme (WFP) dari badan global itu.
Wakil Direktur Negara WFP di Zimbabwe, Niels Balzar mengatakan, krisis kelaparan yang terburuk dalam 10 tahun tersebut akibat kekeringan dan kesalahan manajemen selama bertahun-tahun di bawah mantan Presiden Robert Mugabe. Ia berkuasa selama puluhan tahun.
Balzar mengatakan, WFP membutuhkan lebih dari U$200 juta (Rp2,77 triliun) untuk membantu semua yang membutuhkan. Jumlahnya hampir dua kali lipat dari 4,1 juta yang saat ini dibantu di paruh pertama tahun 2020.
"Seperti yang terjadi, kita akan kehabisan makanan pada akhir Februari, bertepatan dengan puncak musim kelaparan. Ketika kebutuhan berada pada titik tertinggi," katanya.
WFP mencatat, panen jagung di Zimbabwe pada tahun 2019 adalah setengah dari tahun sebelumnya. Keseluruhan produksi tanaman sereal memenuhi kurang dari setengah kebutuhan nasional. Balzar menuturkan, hujan muncul terlambat dan cuaca panas kerap terjadi pada beberapa minggu mendatang. Hal ini menyebabkan panen lebih buruk pada April.
Kondisi ini menyebabkan inflasi mendorong harga bahan pokok jauh di luar jangkauan warga normal. Berdasarkan data WFP, saat ini harga roti melonjak 20 kali lipat.
WFP menjelaskan, di tengah krisis ekonomi yang melanda negara-negara itu, para keluarga dipaksa untuk makan lebih sedikit, mengeluarkan anak-anak dari sekolah dan mengeluarkan hutang yang tidak bisa mereka bayar.