Home Politik Partisipasi Politik di Tangsel Rendah, Hanya 57%

Partisipasi Politik di Tangsel Rendah, Hanya 57%

Jakarta, Gatra.com - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jaka Badranaya, menilai partisipasi politik di Tangerang Selatan (Tangsel) cukup rendah dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. 

"Kalau menurut data, memang partisipasi politik di kita [Tangsel] masih relatif rendah. Beberapa kota hampir di atas 60%, kita [Tangsel} masih 57%. Ini membuktikan bahwa memang dari jumlah 900 ribu pemilih, yang biasa memilih itu 500 ribuan," kata Jaka saat ditemui di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Senin (30/12).

Partisipasi politik itu merujuk pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2015 lalu. Jaka menyebut, Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus mengecek persebaran sisanya sebesar 43% tersebut di wilayah mana saja.

"Analisa saya, mereka adalah kelas menengah ke atas. Orang-orang yang di kompleks, yang tidak mau terlibat, tidak hadir ke TPS [Tempat Pemungutan Suara] dan tidak memberikan suara," ujarnya.

Jaka melanjutkan, hal itu menjadi PR besar untuk partai politik untuk mencari cara agar pemilih terutama 900 ribu suara itu bisa benar-benar berkontribusi menentukan kualitas pemilih dengan hadir ke TPS. Jika benar analisanya 43% terdiri dari kalangan menengah atas, itu juga bisa diartikan bahwa mereka relatif apatis.

Jaka menjelaskan, partisipasi politik penting sebab menunjukkan tingkat legitimasi dari kepemimpinan seseorang. Ia berharap partisipasi politik di Tangsel bisa meningkat saat pemilihan wali kota (Pilwalkot) 2020 mendatang.

"Dia [calon] jadi wali kota tapi dengan otoritas dan legitimasi publik yang rendah. Oleh karena itu, sebaiknya partisipasi politik didorong tinggi supaya makin banyak masyarakarat yang terlibat dalam proses pemilihan wali kota," tandasnya.

163

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR