Semarang, Gatra.com - Pengamat ekonomi Universitas Katolik (Unika) Soegiyopranata Semarang, Andreas Lako menyatakan angka kemiskinan di Jawa Tengah pada 2020 bisa turun antara 9,4% hingga 9,2%.
Menurutnya, target Pemerintah Provinsi (Pomprov) Jawa Tengah pada 2020 angka kemiskinan turun sebesar 9,8% masih kurang.
“Kalau melihat tren penurunan angka kemiskinan di Jateng sejak 2016 rata-rata satu persen, maka pada 2020 angka kemiskinan bisa mencapai antara 9,4 persen hingga 9,2 persen,” katanya kepada Gatra.com di rumahnya di Semarang, Senin (30/12).
Berdasarkan data, lanjutnya, pada 2016 angka kemiskinan Jateng sebesar 13,14%, pada 2017 turun menjadi sebesar 12,23%, 2018 sebesar 11,19%, pada Maret 2019 sebesar 10,8%.
“Saya perkirakan sampai akhir 2019 angka kemiskinan di Jateng bisa mencapai sebesar 10,2 persen,” ujarnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FIB) Unika Soegijapranata ini lebih lanjut menyatakan, penurunan angka kemiskinan di Jateng terjadi setelah Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pada 2014 menggejot pembangunan infrastruktur jalan di desa-desa.
Jalan desa yang sebelumnya kondisinya buruk, bahkan ada desa yang sulit dijangkau karena tidak ada akses jalan mulai dibangun jalan.
Pembangunan jalan-jalan yang menghubungkan antardesa memicu geliat ekonomi perdesaan sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Infraktur jalan yang baik dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga berdampak pada penurunan kemiskinan,” ucap Andreas.
Di samping infrastruktur, lanjutnya pendukung penurunan angka kemiskinan lainnya adalah adanya dana desa, pembentukan badan usaha desa (Bumdes), berkembangnya usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM).
Peran serta kalangan dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta peran serta masyarakat juga ikut andil dalam pengentasan kemiskinan. “Penurunan angka kemiskinan di Jateng lebih baik dibandingkan provinsi terdekat seperti Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Barat,” ucap Andreas.