Pati, Gatra.com - Tingginya harga daun kelor dan produk turunannya, memicu Pemdes Kedungbulus, Kecamatan Gembong, Pati untuk mencanangkan desanya menjadi desa wisata kampung kelor. Bahkan desa itu sudah membidik pasar ekspor kelor.
Kepala Desa Kedungbulus, Ngatnan mengatakan, harga daun kelor kering di pasar nasional mencapai Rp250 ribu per kilogram. "Harga nasional Rp250 ribu, kalau internasional bahkan lebih tinggi lagi. Harapan besar keluar negeri, kami membidik pasar ekspor karena mengekspor ke luar negeri harganya yang sangat menggiurkan," ujarnya kepada Gatra.com, Jumat (27/12).
Fantastisnya harga kelor, membuat warga Desa Kedungbulus beramai-ramai menanam kelor di sepanjang pinggir jalan desa. Apalagi, Ngatnan mengaku, mendukung dan mencanangkan desa wisata kampung kelor.
"Biar bahan baku semakin bertambah. Makanya kami menggerakkan warga untuk tanam kelor serentak. Nantinya kan bisa menaikkan perekonomian warga," jelasnya.
Desa Kedungbulus selama ini dikenal luas sebaagai sentra olahan daun kelor. Tidak berlebihan, jika pemdes memasukkannya dalam program inovasi desa.
Kampanye tanam pohon kelor ini, lanjut Ngatnan, bertujuan untuk menginspirasi warga lainnya untuk turut menghasilkan produk serupa, khususnya inovasi kuliner dari bahan baku daun kelor.
"Kalau di sini sudah banyak sekali makanan olahan dari kelor, misalnya cendol, teh, mi, keripik, kue kelor dan sebagainya," ujarnya.
Penjualan kelor terlihat semakin baik. Hal itu dikarenakan manfaat kelor dirasa sangat luar biasa bagi kehidupan sehari-hari. Salah satunya untuk pencegahan atau pengobatan sejumlah penyakit.
"Sebelumnya tanaman kelor hanya menjadi pagar hidup saja. Bahkan daun kelor hanya dijadikan pakan ternak," ungkap Ngatnan.
Seiring dengan perkembangan penelitian, Ngatnan berujar, manfaat kelor diketahui sangat luar biasa. Pengembangan kelor di Desa Kedungbulus pun semakin beragam, mulai dari makanan olahan sampai obat.
"Tidak hanya dijadikan olahan makanan, tetapi dijadikan obat dalam bentuk teh maupun kapsul herbal," ujarnya.