Semarang, Gatra.com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, menyatakan meski sulit untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7% pada 2023, tapi optimistis dapat tercapai.
Dalam perhitungan Ganjar, pada 2019 pertumbuhan ekonomi di Jateng mencapai sebesar 5,6%, kemudian pada 2020 meningkat menjadi 5,9%, pada 2021 sebesar 6,3%, pada 2022 sebesar 6,6%, pada 2023 sebesar 7%.
“Ini berdasarkan perhitungan dengan kondisi perekonomian dan politik dalam negeri kondusif. Belum melihat kondisi ekonomi makro di luar negeri,” kata Ganjar pada jumpa pers di Semarang, Jumat (27/12).
Menurutnya, kondisi ekonomi makro seperti perang dagang antara Amerika Serikat dengan China dapat mempengaruhi perekonomian global, termasuk Indonesia.
Demikian pula isu politik yang saat ini terjadi di Hongkong dan China bisa membawa dampak negatif terhadap perkembangan ekonomi dunia.
“Jadi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Jateng sebesar tujuh persen pada 2023 juga tergantung kondisi ekonomi makro dunia,” ujar Ganjar.
Orang nomor satu di Jateng ini, lebih lanjut menyatakan sejarah target pertumbuhan ekonomi 7% berasal dari Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Kajadiannaya saat Jateng menerima penghargaan juara pertama Perencanaan Pembangunan Terbaik Nasional 2019, Sri Mulyani meminta agar menaikan pertumbuhan ekonomi Jateng jangan hanya 5,50%, tapi sebesar 7%.
“Saya menyampaikan kepada Menkeu untuk mencapai tujuh persen sulit, tapi katanya (Menkeu) akan dibantu,” ucapnya.
Bila ada pihak-pihak yang merasa pesimis ekonomi Jateng bisa tumbuh 7%, menurut Ganjar tidak masalah. “Pesimis boleh saja. Kritik publik ini menjadi energi,” katanya.
Pengamat ekonomi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Andreas Lako, sebelumnya menyatakan pesimistis target pertumbuhhan ekonomi Jateng pada 2023 sebesar 7%, sebagaimana dicanangkan Gubernur Ganjar Pranowo dapat tercapai.
Target 7% tersebut dinilai tidak realitis, karena berdasarkan data, selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Jateng belum pernah mencapai level tujuh persen.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi tertinggi Jateng yakni 6,34% pada 2012, sedangkan selama 2013-2018 hanya berkisar 5,1%-5,4%.
“Saya juga tidak melihat adanya dukungan dana pada APBD Jateng untuk mendorong pencapaian target pertumbuhan ekonomi tujuh persen,” ujar Lako