Yogyakarta, Gatra.com - Kementerian Pendidikan melalui Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Ade Erlangga Masdiana menyatakan sistem assesment atau penilaian yang diterapkan pada 2021 demi memerdekakan pendidikan. Sistem ini tidak serta merta mematikan ujian akhir kelulusan siswa.
Hal ini disampaikan Ade saat berbincang dengan wartawan Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (27/12). Kemendikbud menjadwalkan penerapan sistem asesmen akan diterapkan menyeluruh di sekolah dua tahun lagi.
“Asesmen ini adalah proses di mana guru dibantu orang tua melakukan proses penilaian awal tentang hasil proses belajar siswa, karakter yang terbentuk, dan potensi diri sebelum kelulusan,” jelasnya.
Dengan poin-poin penilaian dari pusat, guru akan melakukan penilaian bagi siswa sekolah dasar di kelas empat, sekolah menengah pertama di kelas delapan, dan sekolah menengah atas di kelas sebelas. Sistem ini bertujuan memetakan bagus-tidaknya proses pembelajaran.
Dari proses itu, Ade menyatakan guru bisa melakukan evaluasi tentang proses pembelajaran murid dan langkah untuk memperbaikinya.
“Ini yang dinamakan dengan memerdekakan pendidikan. Guru dalam proses evaluasi sebelum tahun kelulusan memberi perhatian dan mencurahkan kreativitas pada nilai asesmen yang kurang,” jelasnya.
Sebagai standar kelulusan, setiap sekolah dipersilakan melaksanakan ujian mandiri yang mengacu pada hasil asesmen atau mengambil materi ujian yang disediakan pemerintah.
Ade mengatakan sistem ini akan menitikberatkan pada dua hal yaitu pembentukan karakter atau ahlak siswa dan kemampuan akademik berupa literasi, sains, dan numerasi.
“Kami menjamin sistem asesmen ini tidak akan memberatkan tugas guru. Berdasarkan assesment, guru bisa melakukan metode pembelajaran yang sesuai tanpa harus terfokus pada skor lagi. Ini yang kami namakan memerdekakan pendidikan,” katanya.
Ade menyatakan dalam konsep ini guru menjadi pemain kunci karena akan terusa-menerus belajar materi dan metode baru dalam proses pembelajaran sehingga materi mudah diterima siswa berdasarkan karakter mereka.
Sistem asesmen turut menjadikan sekolah sebagai objek utama untuk perbaikan metode belajar.
Mengenai adanya penolakan sistem ini oleh beberapa tokoh, seperti Jusuf Kalla dan Syafii Ma’arif, Ade mengatakan mereka akan diajak bicara untuk menyamakan sudut pandang.