Jakarta, Gatra.com – Pemerintah terus berupaya melakukan pembebasan WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Sebelumnya tiga nelayan Indonesia menjadi korban penculikan Abu Sayyaf saat melaut di daerah Sabah pada 24 September lalu. Tiga WNI tersebut yakni Maharudin Lunani (48), Muhammad Farhan (27), dan Samiun Maneu (27).
Upaya penyelamatan terhadap ketiga korban dilakukan pemerintah lewat koordinasi Menko Polhukam bersama Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan dan Badan Intelijen Negara (BIN). Lewat kerja sama intensif dengan militer Filipina, dua nelayan yang menjadi korban penculikan yakni Samiun Maneu dan Maharudin Lunani berhasil diselamatkan dalam operasi pembebasan, Sementara itu, satu rekan mereka masih dalam tawanan.
Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengapresiasi pemerintah Indonesia yang telah bekerja sama dengan pemerintah Filipina dalam membebaskan tiga WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di perbatasan Filipina.
“Alhamdulillah, 2 dari 3 WNI bisa terbebas dari penyanderaan Abu Sayyaf dengan selamat. Pemerintah Indonesia dan Filipina patut kita apresiasi atas hasil ini. Masih ada 1 WNI yang belum bebas. Semoga bisa menyusul dibebaskan segera,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Gatra.com, Kamis (26/12).
Politisi PKS itu mengingatkan bahwa tugas pemerintah yakni melindungi WNI yang selama ini menjadi target penyanderaan kelompok militan Abu Sayyaf. Ia menilai perompakan yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf tersebut tidak terlepas dari kondisi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.
Sukamta berpandangan bahwa pemerintah Indonesia perlu bekerja sama dengan pemerintah Filipina dengan wujud pendekatan kesejahteraan sosial, ekonomi dan agama untuk mencegah penculikan kembali berulang. Melalui pendekatan yang humanis dirinya berkeyakinan langkah diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia akan berjalan baik tanpa hambatan.
“Aksi tidak terhenti hanya pada patroli laut bersama dan operasi militer namun aksi mengatasi kemiskinan dan masalah sosial. Pendekatan agama juga harus dilakukan karena kesamaan agama dan sejarah perkembangan Islam di Filipina yang disebarkan oleh nenek moyang Minangkabau,” tandas anggota DPR RI Dapil DIY itu.