Ankara, Gatra.com - Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengunjungi Tunisia untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Tunisia pada Rabu (25/12) waktu setempat. Kunjungan itu adalah kunjungan pertama yang dilakukan oleh kepala negara sejak pemilihan presiden Tunisia beberapa waktu yang lalu.
Seperti dilansir Reuters, kunjungan itu dilakukan ketika Turki telah meningkatkan upaya untuk mencapai kesepakatan dengan negara-negara di Mediterania. Sementara, Turki berselisih dengan Yunani terkait sumber daya di lepas pantai Pulau Siprus.
Pada bulan lalu, Turki menandatangani perjanjian perbatasan laut dengan pemerintah Libya yang diakui secara internasional, sehingga membuat Yunani marah. Athena menganggap kesepakatan itu melanggar hukum internasional.
Kantor pemerintah Turki menyatakan, Erdogan pergi menuju Tunisia bersama Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan, beserta Kepala Intelejen. Namun, tidak ada rincian lebih lanjut untuk apa tujuan pertemuan tersebut.
Sebagai bagian dari kerja sama yang dilakukan dengan Libya, Turki juga akan menandatangani perjanjian kerja sama militer dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli, Fayez al-Serraj. Erdogan menyebut pihaknya dapat mengerahkan pasukan untuk mendukung GNA, yang telah berperang selama berbulan-bulan oleh pasukan Khalifa Haftar di sebelah timur negara itu.
Di hari sebelumnya, Juru Bicara Kepresidenan, Ibrahim Kalin menuturkan bahwa Turki mungkin perlu membuat Rancangan Undang-Undang untuk mengirim pasukan ke Libya. Hal ini bisa saja telah mengkhawatirkan Rusia.
Turki telah mengirim pasokan militer ke GNA meskipun ada embargo senjata yang dilakukan PBB.